Terlahir dari keluarga dengan perekonomian yang jauh dari berkecukupan, tidak pernah mematahkan semangat Ikhsan Tanoto Mulyo dalam meraih cita-citanya. Hasil kerja kerasnya dalam belajar selama ini berbuah manis dengan diterima kuliah di prodi Elektronika dan Instrumentasi FMIPA UGM, bahkan tanpa dikenai biaya sepeser pun hingga usai.
Kondisi keluarga yang jauh dari kata cukup sempat membuat anak bungsu dari tiga bersaudara ini merasa gamang saat ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Sejak 2013 sang ibu menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga karena ayahnya meninggal akibat penyakit stroke yang telah lama diderita. Saat ini ia hanya tinggal berdua bersama ibunya, sedangkan kedua kakaknya merantau di luar kota. “Rasanya sulit untuk bisa kuliah kalau melihat keadaan keluarga. Bisa diterima di UGM dan bebas biaya kuliah sangat bersyukur sekali harapannya kedepan bisa membahagiakan ibu,” kata Ikhsan dengan mata berkaca-kaca menahan haru.
Sehari-hari ibunda Ikhsan bekerja menjadi buruh tani . Sementara saat musim bercocok tanam usai Muji Lestari membuat serbet makan yang disetor ke penjual serbet per meternya dihargai Rp.2500,-. Hasil yang didapat dari pekerjaan tersebut tidaklah seberapa. Ditambah lagi sejak lima tahun terakhir kondisi kesehatan sang ibu yang tidak stabil karena mengidap diabetes melitus menjadikan kondisi perekonomian keluarga semakin terseyok-seyok. Sehingga setiap bulannya penghasilan yang diperoleh tidak lebih dari Rp. 250.000,-. “Kesehatan ibu naik turun jadi tidak bisa bekerja seperti dulu. Penyakit katarak juga semakin membatasi ibu untuk beraktivitas,” ungkap Ikhsan saat ditemui di rumahnya Bocoran, Baran, Cawas, Klaten belum lama ini.
Himpitan kemiskinan justru menjadi cambuk bagi pria kelahiran Klaten, 23 Juni 1997 silam ini untuk lebih berprestasi di sekolah. Sejak dibangku SD hingga SMP Ikhsan selalu masuk dalam posisi tiga besar di kelasnya. Berkat prestasinya itu pun ia mendapatkan beasiswa dan berkesempatan mengikuti sejumlah program pendampingan pembelajaran dari sebuah lembaga yang fokus terhadap peningkatan kapasitas kurang mampu melalui pendidikan.
Keterbatasannya itu tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk menuntut ilmu. Meskipun setiap harinya Ikhsan harus mengayuh sepeda tidak kurang dari 4 km menuju sekolahnya di SMA 1 Cawas, ia tetap semangat dan berusaha untuk selalu bersyukur. “Percaya sama Tuhan. Saya yakin pasti ada jalan asal berusaha dan berdo’a,”tegas Ikhsan yang bercita-cita menjadi pengusaha di bidang IT ini.
Sang ibu, Muji Lestari (55) mengaku bahagia mengetahui anaknya bisa melanjutkan pendidikan tinggi. Meskipun dalam keadaan pas-pasan, ia tidak pernah melarang anaknya untuk kuliah. “Keinginan kuliah memang sudah diungkapkan sejak kecil. Tahu kondisi keluarga seperti ini anaknya tidak putus asa justru berusaha lebih berprestasi agar bisa mendapat beasiswa,” jelasnya.
Ia sadar tidak bisa berbuat banyak untuk Ikhsan. Hanya dukungan doa untuk kesuksesan putera bungsunya itu. “Semoga apa yang dicita-citakan bisa terlaksana dan jadi orang sukses,”harapnya singkat. (Humas UGM/Ika)