Yogya (KU) – Tragedi bom Bali I, 2002-2005, memberikan dampak yang sangat besar dalam waktu cukup lama dan berkelanjutan pada kehidupan ekonomi masyarakat Bali. Dampak tragedi tidak hanya terasa dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam bidang kesehatan, baik fisik maupun emosional.
Selama 2,5 tahun pasca tragedi bom Bali, tidak tampak adanya perbaikan dalam keadaan ekonomi rumah tangga di Bali. Pada periode ini, bahkan terjadi peningkatan jumlah pengangguran sebanyak 3,5 persen, penurunan jumlah jam kerja 4,2 persen, penurunan upah riil 47 persen, dan pendapatan rumah tangga menurun 22,6 persen.
Penurunan pendapatan rumah tangga ini sebenarnya membuat masyarakat Bali mengadopsi sejumlah strategi bertahan hidup. Setidaknya ada tiga strategi yang banyak dilakukan oleh kepala rumah tangga di Bali di samping menurunkan tingkat konsumsi. “Ada tiga strategi utama dalam bekerja yang dilakukan kepala rumah tangga di Bali, yakni berganti status pekerjaan, berganti lapangan pekerjaan, dan menambah jam kerja,” ujar Ir. Ni Wayan Suriastini, M.Phil., dalam ujian terbuka promosi doktor Ilmu Kependudukan di Sekolah Pascasarjana UGM, Rabu (31/3). Bertindak selaku promotor, Prof. Drs. Kasto, M.A., sedangkan ko-promotor, Prof. Dr. Faturochman dan Prof. Dr. Irwan Abdullah.
Dijelaskannya bahwa untuk kepala rumah tangga yang berpendidikan tinggi, lebih sedikit melakukan perubahan status pekerjaan dan memiliki lapangan pekerjaan lebih banyak. Strategi bekerja rumah tangga, seperti menambah jam kerja dan menambah anggota rumah tangga yang bekerja, merupakan strategi paling banyak yang diadopsi oleh rumah tangga. Strategi tersebut secara signifikan memberikan kontribusi posistif pada peningkatan kesejahteraan jangka pendek atau menengah. “Strategi ini menurunkan kesejahteraan nonmateri, baik kesehatan fisik maupun emosional, sehingga melakukan intervensi terkait dengan pekerjaan perlu juga diimbangi dengan intervensi yang berkaitan dengan pencegahan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan fisik dan emosional pekerja,” kata Kepala Bidang Penelitian SurveyMETER.
Di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. Hartono, Ni Wayan Suriastini mempertahankan disertasinya Bertahan Hidup di Tengah Krisis: Studi Dampak Jangka Pendek dan Menengah Tragedi Bom Bali I, 2002-2005. Dikatakannya bahwa hasil studi kualitatif menunjukkan ketersediaan modal dan keterampilan sangat beperan dalam meringankan kemampuan pekerja untuk berganti pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan rumah tangga masyakat Bali.
Menurutnya, memberikan bantuan modal, keterampilan, dan bantuan pemasaran adalah tiga hal utama dari sejumlah upaya yang dapat dilakukan pemerintah agar pekerja dapat melakukan perpindahan status pekerjaan ataupun lapangan pekerjaaan secara efektif dan bermanfaat, terutama bagi kepala rumah tangga yang berpendidikan rendah 0-6 tahun.
Ketua tim penguji, Dr. Hartono, menyatakan promovenda lulus ujian doktor dengan predikat sangat memuaskan. Disebutkan pula bahwa promovenda menjadi lulusan doktor ke-1189 UGM.
Prof. Drs. Kasto, M.A. dalam penyampaian pesan dan kesannya selaku promotor mengatakan promovenda telah berhasil menyandang predikat doktor dalam ilmu kependudukan. Dalam penelitian disertasinya, promovenda berhasil meneliti strategi hidup para korban bom Bali. “Apa yang dihasilkan ini dapat ditawarkan sebagai alternatif pemecahan untuk masalah serupa. Pendekatan studi yang Saudara lakukan termasuk unik. Semoga ke depan Anda dapat berkiprah dalam bidang kependudukan dengan pendekatan multidisiplin,” harapnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)