Perkembangan koperasi saat ini lebih banyak dibicarakan dan didiskusikan. Sebagai soko guru perekonomian, ia dinilai kurang dalam realisasi mewujudkan cita-citanya. Meskipun pernah berdiri Departemen Koperasi dan memiliki menteri, peranan koperasi dalam perekonomian dipandang masih jauh dibandingkan dengan sektor-sektor usaha yang lain, seperti BUMN atau pelaku usaha swasta lainnya. “Perbandingannya sangat jauh. Karenanya diperlukan semangat untuk memperjuangkan, termasuk keberadaan Koperasi Keluarga Universitas Gadjah Mada, Kokelgam, ini,” kata Prof. Ainun Na’im, Ph.D., di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Sabtu (13/3).
Wakil Rektor Senior UGM Bidang Administrasi, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia mengatakan hal itu saat membuka Rapat Anggota Tahunan (RAT) XXXVI dan Tutup Buku tahun 2009 Koperasi Pegawai Republik Indonesia Keluarga Universitas Gadjah Mada (Kokelgam). Dalam RAT yang diikuti oleh 276 peserta ini, Ainun Na’im mengajak semua pengurus dan anggota Kokelgam untuk bersama-sama mengembangkan keberadaan Koperasi Keluarga Universitas Gadjah Mada. “Meskipun sudah ada Kosudgama, tidak ada salahnya kalau kita turut mengkampanyekan Kokelgam ini kepada dosen-dosen agar volume dan partisipasi keikutsertaan para dosen ini meningkat jumlahnya. Dengan demikian, berbagai usaha Kokelgam pun dapat meningkat sehingga mampu menyejahterakan anggotanya,” ajaknya.
Ainun Na’im mengakui Kokelgam sudah cukup berumur, tetapi perkembangan bisnisnya masih terlihat kurang menggembirakan. Pihak pengurus koperasi pun telah mengembangkan berbagai jenis usaha yang terbilang tidak sedikit jumlahnya. “Ada usaha simpan pinjam, yang mana terkadang lebih banyak pinjamnya daripada simpannya. Ada pula kredit kendaraan, wartel, jasa pengurusan surat-surat STNK dan sebagainya, fotokopi, dan perdagangan. Tetapi, bila melihat total omsetnya baru mencapai sekitar 1 miliar rupiah. Kemudian, tahun ini meningkat sedikit meskipun dalam hal biayanya juga meningkat. Hanya saja, sisa hasil usaha (SHU) masih kurang atau belum mengalami peningkatan,” tambahnya.
Ainun Na’im berpendapat memang tidak mudah mengembangkan usaha koperasi. Berbagai kegagalan terkadang disebabkan gerakannya lebih banyak disokong kebijakan dari atas, yang dalam perannya lebih banyak campur tangan pejabat, daripada gerakan yang muncul dari bawah. Dalam perkembangannya pun, koperasi jauh tertinggal dari yang lain.
Lebih lanjut, Ainun mengatakan UGM sebenarnya memberikan peluang usaha yang sangat besar. Bila mau melihat peluang tersebut, komunitas di UGM mencapai sekitar 60.000 orang. “Jumlah mahasiswa mencapai 50.000 ribu lebih, ditambah sekitar 7.000 pegawai pendidik dan kependidikan. Belum lagi masyarakat sekitar, termasuk keluarga civitas akademika. Kalau itu kita masukkan, ditambah rata-rata 3-4 orang dari masing-masing keluarga, maka akan mencapai jumlah sekitar 200 ribu. Itu merupakan peluang yang bagus,” imbuhnya.
Meski masih jauh dari ideal, Ainun Na’im tetap memberikan apresiasi yang tinggi terhadap usaha-usaha yang telah ditempuh Kokelgam. Ia pun berharap agar kesuksesan dan prestasi-prestasi yang telah dicapai, termasuk terselenggaranya Rapat Anggota Tahunan Kokelgam, dapat terus dipertahankan.
Tampak hadir dalam RAT kali ini, Ketua PKPRI, Dekopinda Kabupaten Sleman, dan perwakilan bidang koperasi dan PKM Sleman. (Humas UGM/ Agung)