Sebanyak 12 orang mahasiswa Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada berpartisipasi dalam ASEAN School on Plasma and Nuclear Fusion (ASPNF) yang diselenggarakan di Chiang Mai University Thailand pada 29 Januari – 2 Februari 2018 yang lalu.
ASPNF merupakan ajang yang menjaring mahasiswa serta peneliti muda untuk memicu minat dalam penelitian dan pengembangan fusi dan plasma.
“Keseluruhan peserta berjumlah 80 orang dari berbagai universitas di Asia, seperti Thailand, Jepang, Filipina, India, Nepal dan Indonesia,” ujar Estelita Felicia Togatorop, salah satu peserta yang merupakan alumni Teknik Nuklir UGM angkatan 2013, Jumat (9/2).
Kedua belas mahasiswa ini berhak ikut serta dalam ASPNF setelah melalui seleksi berkas oleh panitia. Kegiatan ini, jelasnya, diselenggarakan oleh Thailand Institute of Nuclear Technology (TINT), Research Institute on Magnetic Fusion of French Atomic Energy and Alternative Energies Commission (CEA-IRFM) dan National Institute for Fusion Science (NIFS)/ The Graduate University for Advanced Studies (SOKENDAI) serta Chiang Mai University.
Kegiatan yang dilakukan selama seminggu tersebut terdiri dari seminar dan diskusi yang dipimpin oleh ahli plasma dan fusi dari negara-negara, seperti Thailand, Jepang dan Prancis. Adapun seminar terdiri dari pengenalan akan fusi dan plasma, penjelasan mengenai penelitian yang sudah dilakukan di bidang fusi dan plasma serta pengenalan akan perangkat maupun reaktor fusi yang sudah dibangun serta yang masih dalam pengembangan seperti Joint European Torus (JET), International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) dan Toroidal Chamber-Magnetic (Tokamak).
“Sekolah Plasma dan Fusi Nuklir merupakan wadah yang menarik dan kreatif untuk belajar lebih banyak dan bersosial lebih luas terutama di bidang sains dan teknologi”, kata Estelita.
Selain mendapatkan ilmu mengenai plasma dan fusi nuklir, melalui kegiatan ini para mahasiswa juga mendapatkan gambaran terbaru mengenai penelitian dan pengembangan teknologi fusi saat ini di dunia, serta mendapatkan perbandingan antara masing-masing penelitian.
“Ini menjadi sarana berdiskusi dan berdialog antar sesama mahasiswa dan peneliti muda se-Asia yang dipimpin oleh para ahli plasma dan fusi dunia,” imbuhnya.
Selain Estelita, peserta lain dari UGM adalah 8 orang mahasiswa angkatan 2014, yaitu Harun Ardiansyah, Lestari Rahayu , A. A. Citra Yunda Prahastiwi, Yogi M, M. Farid Khandaq, M. Yusuf Hanafiah, Bambang Wisanggeni, dan Yulia Gita, serta 3 mahasiswa angkatan 2015, Yulwido Adi, Bartolomeus Delphito, dan Benyamin Dariadi. (Humas UGM/Gloria)