Apabila sebelumnya menggunakan tenda darurat yang disulap menjadi ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar, Mahasiswa KKN UGM Peduli Bencana berhasil membangun dua bangunan sekolah darurat yang diperuntukan untuk memperlancar kegiatan pendidikan untuk siswa sekolah dasar di Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB. Sekolah semi permanen dengan material bambu dan ijuk triplek yang disekat menjadi 6 kelas ini merupakan hasil bantuan dari Canyoning Lombok, Edelweiss Outbond, Surabaya Peduli, CMO- PT.PP (Persero) Tbk.
Adam Chaesar, mahasiswa KKN UGM, mengatakan pembangunan sekolah darurat ini diberi nama Sekolah Ceria. Selain melaksanakan kegiatan pendidikan juga melaksanakan program penanganan trauma yang dialami oleh para siswa-siswi. “Sekolah semi permanen ini dibangun sebagai respons atas hancurnya bangunan permanen SD 4 Gumantar karena gempa bumi sebulan yang lalu,” kata mahasiswa dari Prodi Hubungan Internasional Fisipol UGM ini saat dihubungi via telpon pada Kamis (20/9).
Ia menambahkan pengadaan sekolah semi permanen ini merupakan inisiatif dari mahasiswa sebagai salah satu program utama Tim Sosial dan Kemasyarakatan. Ia bersama tiga rekan mahasiswa lainnya, Stefani Dyah Retno Pudyanti, Madina Dwi Panuntun, Winona Alda, bahu-membahu mencari donatur untuk pembangunan sekolah semi permanen ini. “Untuk pembangunannya melibatkan masyarakat lokal bersama tim kkn secara bergotong royong mendirikan sekolah,” katanya.
Ia menyebutkan masing-masing luas bangunan sekolah darurat ini berukuran 12×6 meter persegi. Terdapat 2 bangunan sekolah yang bisa menampung 167 orang. Sekolah ini mulai dibangun sejak tanggal 12 lalu dan selesai pada 18 September lalu. Sebagai tempat sekolah sementara bagi siswa korban gempa, Sekolah Ceria ini pengelolaannya sepenuhya dilakukan oleh tim KKN peduli bencana UGM. “Sekarang ini 167 anak sudah aktif kembali ke sekolah dan mengenakan seragam sekolah, semua mata pelajaran diajarkan, namun dikemas dengan lebih menarik dan tidak bikin siswa stres,” kata Stefani, anggota mahasiswa KKN UGM lainnya.
Meski hanya berlangsung selama dua jam setiap harinya, kegiatan belajar mengajar sudah melibatkan partisipasi guru yang sebelumnya mengajar sekolah SD di Desa Gumantar. “Guru yg terlibat alhamdulillah sudah mencapai keseluruhan guru ditambah kepala sekolah SDN 4 Gumantar,” kata Stefani. (Humas UGM/Gusti Grehenson)