• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pakar UGM: Harga Kedelai Impor Melonjak, Indonesia Perlu Kembangkan Substitusi Kedelai

Pakar UGM: Harga Kedelai Impor Melonjak, Indonesia Perlu Kembangkan Substitusi Kedelai

  • 04 Januari 2021, 11:51 WIB
  • Oleh: Gloria
  • 5058
  • PDF Version
Harga Kedelai Impor Melonjak, Waktunya Indonesia Kembangkan Substitusi Kedelai

 
Kenaikan harga kedelai dunia menyebabkan harga kedelai impor di Indonesia turut melonjak. Menurut Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, S.P., M.P., persoalan impor kedelai adalah persoalan jangka panjang yang memerlukan solusi jangka panjang pula.

Solusi ini, terangnya, bisa berupa pengembangan komoditas lokal yang dapat dijadikan substitusi kedelai, di samping terus berupaya meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.

“Untuk membuat tempe tidak harus dengan kedelai, ada kacang-kacangan lain seperti koro pedang yang cukup baik dikembangkan di daerah tropis seperti Indonesia untuk substitusi kedelai impor,” paparnya.

Jamhari menerangkan, kedelai sendiri merupakan tanaman yang secara alamiah dapat berproduksi secara maksimal di daerah subtropis sehingga cukup wajar jika produktivitas panen kedelai di Indonesia tidak sebaik negara-negara produsen utama kedelai.

Sejumlah varietas kedelai yang ditanam di Indonesia sebenarnya memiliki potensi produksi yang cukup tinggi, namun selama ini masih terdapat celah antara potensi dengan jumah produksi riil.

Salah satu penyebab rendahnya jumlah produksi kedelai di Indonesia, terangnya, adalah minimnya lahan pertanian. Solusi jangka pendek untuk persoalan ini adalah mengintegrasikan pertanian kedelai dengan lahan tanaman perkebunan dan kehutanan.

“Secara umum Indonesia dihadapkan pada permasalahan lahan untuk pangan yang sangat terbatas. Termasuk untuk kedelai, yang mengusahakan bukan perusahaan besar tetapi petani kecil yang kurang lahan,” kata Jamhari.

Di sisi lain, pengembangan industri produk substitusi menurutnya dapat menjadi salah satu solusi jangka panjang jika diupayakan secara serius oleh pihak-pihak terkait, termasuk di antaranya pemerintah dan pelaku industri.

Pengembangan varietas seperti koro pedang, terangnya, belum mencapai produktivitas yang maksimal karena kurangnya keseriusan dalam mengembangkan substitusi dari kedelai impor. Padahal, ujung tombak dari upaya ini seharusnya terletak pada mereka yang memiliki sumber daya teknologi dan kemampuan untuk mengembangkan produk pertanian yang sesuai dengan iklim Indonesia.

Dengan komitmen yang baik, ia yakin Indonesia mampu mengatasi masalah ketergantungan akan kedelai impor.

“Bisa, tapi harus serius. Sama seperti gandum yang menjadi bahan baku mi pun bisa disubstitusi dengan tepung ubi kayu, tapi komitmen ke situ belum serius,” katanya.

Dari sisi kebijakan, pemerintah dapat mendorong pengembangan substitusi kedelai melalui kebijakan terkait kandungan lokal atau local content, misalnya mensyaratkan penggunaan bahan baku lokal sebesar 60 persen sehingga industri akan melirik bahan baku pengganti kedelai yang dapat diproduksi di dalam negeri.

Di samping itu, diperlukan rekayasa supply chain dengan pengelompokan petani kecil sebagai penyuplai di dalam suatu sistem yang telah terbangun.

“Petani kecil jangan dibiarkan sendiri-sendiri, harus ada kekuatan dari pemerintah yang memimpin ekonomi yang kecil ini,” imbuhnya.

Masyarakat juga didorong untuk dapat mengonsumsi bahan pangan yang diproduksi di negara sendiri, untuk mengurangi beban impor produk pangan. Keragaman hayati yang dimiliki Indonesia, terangnya, bukan sekadar untuk dijaga dan dilestarikan tetapi juga untuk dimanfaatkan sebagai sumber daya pangan yang berkelanjutan.

Karena Indonesia dapat memproduksi sumber daya pangan yang beragam maka pilihan konsumsi masyarakat pun seharusnya turut beragam, agar apa yang tersedia di alam dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

“Konsumsi orang Indonesia mestinya seberagam apa yang bisa diproduksi oleh kita sendiri,” pungkas Jamhari.

 

Penulis: Gloria

Berita Terkait

  • Mary Astuti : Petani Kedelai Sudah Lama Ditelantarkan, Saatnya Diperhatikan

    Wednesday,16 January 2008 - 16:54
  • Pakar UGM: Indonesia Krisis Kedelai Karena Lahan Berkurang

    Wednesday,11 September 2013 - 14:13
  • Pengamat UGM: Perlu Terobosan Atasi Krisis Kedelai

    Tuesday,22 February 2022 - 12:16
  • UGM Kembangkan Susu Kedelai Fermentasi untuk Balita Penderita Gizi Buruk

    Thursday,10 April 2014 - 13:14
  • Pakar UGM : Produksi Kedelai Nasional Perlu Direvitalisasi

    Wednesday,20 January 2021 - 12:52

Rilis Berita

  • Menteri PPPA Apresiasi Upaya UGM Tangani Kekerasan Seksual 17 May 2022
    Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, S.E, M.Si, m
    Gloria
  • UTBK di UGM Diikuti 12.232 Peserta 17 May 2022
    Sebanyak 12.232 peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Gadjah Mada
    Ika
  • Pengamat UGM Bicara Soal Penyesuaian Tarif Listrik Progresif 17 May 2022
    Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Bins
    Agung
  • Haedar Nashir Ingatkan Pentingnya Merawat Persatuan 16 May 2022
    Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, mengingatkan agar seluruh komponen anak bang
    Gusti
  • Epidemiolog: Tidak Ada Hubungan Hepatitis Akut dengan Vaksin Covid-19 16 May 2022
    Baru-baru ini masyarakat dunia digemparkan dengan kemunculan hepatitis varian baru. Hepatitis ata
    Satria

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual