• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pakar Komunikasi UGM: Buzzer Tak Bisa Dihentikan

Pakar Komunikasi UGM: Buzzer Tak Bisa Dihentikan

  • 04 Maret 2021, 16:01 WIB
  • Oleh: Agung
  • 11450
Pakar Komunikasi UGM: Buzzer Tidak Bisa Dihentikan

Keberadaan buzzer kembali mengundang perdebatan di tengah masyarakat. Keberadaannya dianggap sudah usai seiring berakhirnya peristiwa politik dengan terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden. Apakah betul keberadaan buzzer harus seperti itu?

Wisnu Martha Adiputra, S.IP., M.Si, dosen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM sekaligus pakar komunikasi, mengatakan tidak bisa seperti itu. Buzzer tidak bisa dihentikan selama teknologinya masih memungkinkan. Apalagi, media sosial dan teknologi informasi semakin lama semakin canggih.

“Media baru kan semakin mudah, jadi akan sulit menghentikan karena akan terus ada itu," katanya, di Kampus UGM, Kamis (4/3).

Ia tidak sependapat jika dikatakan buzzer sebagai sumber kekacauan selama ini. Menurutnya, problem utamanya adalah terletak pada pemahaman soal literasi digital.

Menurut Wisnu saat ini adalah era media sosial sehingga bagi negara-negara yang mengusung demokrasi pasti terkena imbasnya. Mirip buah simalakama ketika warga dibebaskan beropini, hal ini tentu berbeda dengan negara-negara otoriter, seperti Myanmar, Tiongkok dan lain-lain.

“Problemnya orang masih belum bisa membedakan mana disebut pendapat, mana disebut hoaks, ujaran kebencian dan menyerang. Ini buah dari keterbukaan, kok bisa dikatakan sumber kekisruhan, padahal buzzer ini terdiri dua pihak lho, pihak pro pemerintah dan kontra," ucapnya.

Sayangnya, kata Wisnu, buzzer kadang hanya dilihat dari sisi pemerintah. Padahal, buzzer-buzzer yang kontra juga banyak, dan itu menandakan mereka melengkapi sistem demokrasi.

Untuk itu, kata Wisnu, membuat media sosial nyaman menjadi tantangan sekaligus tugas bersama. Dengan kata lain upaya meningkatkan literasi digital di masyarakat tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja.

“Seperti di Departemen Ilmu Komunikasi UGM bersama dengan banyak peneliti dan dosen lain kampus dan organisasi-organisasi di masyarakat membuat Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi)," terangnya.

Tercatat tidak kurang 250 pegiat literasi digital dari sekitar 80 kampus bergabung di Japelidi. Komunitas ini cukup berperan meski masih sebatas di kampus-kampus sehingga gerakan ini terus didorong agar sampai ke seluruh lapisan masyarakat.

“Di luar itu ada juga gerakan di masyarakat semacam Mafindo yang anti hoaks dan siber kreasi yang ada di kelompok-kelompok masyarakat sipil," jelasnya.

Terkait peran media, Wisnu menuturkan tantangannya saat ini adalah bagaimana menghadirkan informasi yang berkualitas dan fakta yang lebih independen. Sedangkan kondisi saat ini memperlihatkan media dimiliki hanya segelintir orang dengan kepentingan politik.

Kondisi ini menurutnya menjadi salah satu faktor penghambat demokrasi. Akan lebih baik jika kepemilikan media ini dibuka dan dipermudah dan tidak diperuntukan untuk orang-orang yang secara langsung terlihat di panggung politik.

“Kalau sekarang terlihat banget TV A, TV B itu dukung siapa, sebaiknya tidak begitu harus independen. Dia harus punya posisi dan harus dilindungi dan tidak boleh diserang. Nah, problemnya sekarang ini media kan juga diserang oleh buzzer, makanya buzzer ini harus mendapat literasi digital," katanya.

Penulis : Agung Nugroho
Foto : rri.co.id

Berita Terkait

  • Tahun Politik, Akun Buzzer di Media Sosial Bermunculan

    Tuesday,15 May 2018 - 11:20
  • MGB Perkenalkan Dua Guru Besar Baru

    Friday,30 May 2008 - 14:54
  • Tim Komunikasi Presiden Terima Masukan dari Pakar UGM

    Monday,11 January 2016 - 8:45
  • Epidemiolog UGM: Mobilitas Penduduk Harus Dihentikan Untuk Cegah Transmisi Covid-19

    Tuesday,22 September 2020 - 10:44
  • Pola Komunikasi Keluarga Memengaruhi Kesehatan Mental Anak

    Thursday,06 October 2016 - 7:57

Rilis Berita

  • FH UGM Gelar Konferensi Internasional Soal Problem Hukum di Era Pasca Pandemi 09 February 2023
    Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada menggelar konferensi intern
    Gusti
  • UGM Jamin Tidak Ada Mahasiswa Berhenti Kuliah Karena Persoalan Biaya 09 February 2023
    Universitas Gadjah Mada berkomitmen mendukung para mahasiswa untuk dapat menjalani perkuliahan hi
    Satria
  • Pukat UGM Sesalkan Kemunduran Pemberantasan Korupsi di Indonesia 08 February 2023
    Peneliti Pusat Kajian AntiKorupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yuris Rezha Kur
    Gusti
  • Belajar dari Gempa Turki, Masyarakat Perlu Memiliki Rencana Evakuasi Mandiri 07 February 2023
    Bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Selasa (6/2) kemarin.
    Gusti
  • Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok 07 February 2023
    Aplikasi layanan ramah disabilitas buatan mahasiswa penyandang disabilitas daksa dari Departemen
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual