• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Menggali Kembali Nilai-Nilai Ki Hadjar Dewantara

Menggali Kembali Nilai-Nilai Ki Hadjar Dewantara

  • 13 Juli 2022, 16:28 WIB
  • Oleh: Agung
  • 5375
Menggali Kembali Nilai-Nilai Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan adalah Kebudayaan

Pendidikan adalah usaha kebudayaan. Sebagai usaha kebudayaan, pendididkan dinilai sebagai sesuatu yang luar biasa karena pada situasi saat ini telah menempatkan pendidikan di perguruan tinggi sebagai bisnis.

Bahkan pendidikan selama ini telah terjebak dalam pendekatan-pendekatan yang sifatnya kognitif. Oleh karena itu, perlu merenungkan pengajaran Ki Hadjar Dewantara yang menempatkan pendidikan bukan sekedar soal kognitif melainkan juga soal rasa dan karsa.

Rektor Universitas Sarjana Tamansiswa, Prof. Pardimin, menyatakan Tamansiswa menempatkan pendidikan sebagai usaha kebudayaan dan kemasyarakatan. Oleh karena itu, pendidikan diarahkan untuk mendekatkan pada lingkungan alam, sosial, dan budaya yang dihidupi di lingkungannya.

Ia menyampaikan  pendidikan adalah proses pembudayaan berkaitan dengan proses humanisasi yang memiliki antitesis yang antinilai. Sebagai bagian dari Tamansiswa, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta menempatkan ‘Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Nasional” sebagai dharma keempat dari Caturdharma.

Menurutnya kebudayaan adalah buah budi manusia yang mengandung sifat-sifat luhur dan indah. Sebagai hasil perjuangan hidup manusia terhadap kekuatan alam dan zaman yang berlangsung terus menerus sepanjang hidup manusia demi membawa kemajuan hidup dan penghidupan kepada manusia untuk mewujudkan hidup tertib damai, salam dan bahagia.

Sebagai hasil perjuangan, kebudayaan tidak hanya mengandung sifat-sifat keluhuran dan kehalusan, namun mengandung sifat-sifat kemajuan dan berfaedah dalam arti meringankan hidup manusia. Kemajuan kebudayaan dikembangkan sesuai dengan teori trikon, yaitu, kontinu, konvergen dan konsentris.

“Kontinu diartikan sebagai terus menerus, berkesinambungan mengembangkan kebudayaan asli. Konvergen, secara selektif dan adaptif memadukan kebudayaan kita dengan kebudayaan asing yang dipandang perlu untuk kemajuan bangsa, dan konsentris, menuju kearah kesatuan kebudayaan dunia dengan tetap terus mempunyai sifat kepribadian di dalam lingkungan kemanusiaan dunia," paparnya, Rabu (13/7).

Dalam kesempatan ini, Rektor UST Yogyakarta mengapresiasi diskusi dalam rangka memperingati 100 tahun Tamansiswa yang diinisiasi oleh Dewan Guru Besar UGM. Diangkatnya diskusi ini oleh UGM memperlihatkan bila Tamansiswa bukan hanya milik UST Yogyakarta, Majelis Luhur Tamansiswa atau cabang-cabang Tamansiswa melainkan menjadi milik bersama.

Prof. dr. Mora Claramitha, MHPE., Ph.D., Sp. KKLP, Guru Besar Pendidikan Dokter dan Bioetika FKKMK UGM, menyebut kodrat roh pendidikan adalah memfasilitasi Natuur (watak) menjadi Kultuur (kebiasaan) dan bermuara pada perikehidupan yang baik. Sifat pendidikan adalah kontekstual, sesuai dengan kondisi yang muaranya adalah pengaturan hidup atau perikehidupan yang baik.

“Karenanya tujuan pendidikan tidak berhenti pada pengetahuan dan kepandaian atau ketrampilan, namun matangnya jiwa atau diri pribadi sehingga dapat mewujudkan kehidupan yang tertib dan bermanfaat bagi orang lain. Kematangan jiwa atau diri yang dimaksudkan adalah keluhuran budi dan bijaksana," terangnya.

Lambang Tut Wuri Handayani di dalam pendidikan, kata Mora, berarti membuka kesempatan dan potensi yang seluas-luasnya, yaitu mewujudkan satu tujuan manusia yang  berbudi luhur.

Dalam Bahasa Inggris Tut Wuri Handayani ini diterjemahkan sebagai facilitating, nurturing, empowering. Lambang ini di kementerian pendidikan ditetapkan pada tahun 1977

Mora menjelaskan implikasi pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada pendidikan tinggi di Indonesia diantaranya pembelajar sepanjang hayat dan kemampuan melakukan refleksi. Selain itu juga menyangkut soal pemberian umpan balik yang membangun, mentoring yang berkelanjutan, pembelajaran berbasis kebutuhan dan tempat di masyarakat industri, pembelajaran berbasis keunggulan kebudayaan lokal mengacu pada  nilai-nilai universal.

“Intinya pembudayaan menuju kemandirian belajar menjadi insan yang berbudi luhur," urainya.

Plt. Direktur Riset, Teknologi dan Pengabdian pada Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, KEMENDIKBUDRISTEK, Prof. Teuku Faisal Fathani. menyatakan bukan kapasitasnya turut menggali nilai-nilai luhur Ki Hadjar Dewantara. Meski begitu dalam diskusi ini, ia mencoba untuk mendengar dan mengobservasi agar bisa memformulasikan pemikiran dari Ki Hadjar Dewantara bisa dibuat lebih terstruktur dan sistematis dan nantinya diharapkan bisa memengaruhi atau mengarahkan pendidikan di KEMENDIKBUDRISTEK, khususnya di Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi.

“Saya mengusulkan bagaimana nanti antara Universitas Sarjana Tamansiswa dan UGM bisa bersama membangun pusat unggulan atau Pusat Studi yang bisa menggali lebih dalam nilai-nilai luhur dari Ki Hadjah Dewantara untuk kemajuan pendidikan Indonesia," tuturnya.

Penulis : Agung Nugroho
Foto : Kumparan

Berita Terkait

  • Membangun Pendidikan dengan Menanamkan Jiwa Berdikari pada Anak Didik

    Friday,05 August 2011 - 8:22
  • Pendidikan Nilai Kebangsaan Solusi Krisis Keindonesiaan

    Monday,09 January 2017 - 14:57
  • Penting, Pendidikan Karakter di Sekolah

    Tuesday,11 October 2011 - 17:48
  • Dosen UNY Raih Doktor Usai Teliti Dimensi Estetik Seni Rupa Publik Yogyakarta

    Friday,24 April 2015 - 15:36
  • Lokakarya Refleksi dan Realisasi Nilai-Nilai Luhur UGM

    Wednesday,27 June 2007 - 15:07

Rilis Berita

  • Terancam Punah, Yayasan KEHATI, OIC, dan The Body Shop Gelar Roadshow Peduli Orangutan di UGM 26 March 2023
    Awal bulan Novermber 2017 lalu, peneliti menemukan spesies baru orangutan di Sumatera U
    Satria
  • Penulis UGM Raih Gelar Penulis Terproduktif Kedua Versi The Conversation 25 March 2023
    Penulis The Conversation Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan predikat penulis
    Satria
  • Mengenali Dampak Penggunaan Obat Pada Kulit 24 March 2023
    Meningkatnya penggunaan obat-obatan, baik karena pengobatan sendiri (self-medication), polifarmas
    Ika
  • Tim Magister Kenotariatan FH UGM Juara 2 PNF 2023 24 March 2023
    Tim Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada memperoleh juara 2 pada Padjadja
    Agung
  • Fenomena Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat 24 March 2023
    Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu S
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual