Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi UGM beserta sejumlah perguruan tinggi di Indonesia mendeklarasikan pendirian Perhimpunan Ahli Kemoprevensi Kanker Indonesia (PAKKI). Selain UGM, 13 perguruan tinggi di Indonesia, antara lain ITB, UI, Universitas Airlangga, Universitas Hasanudin, Universitas Andalas, Universitas Pancasila, Universitas YARSI, Universitas Tanjungpura, dan Universitas Negeri Yogyakarta, hadir pula dalam deklarasi yang digelar Rabu (12/5) di Fakultas Farmasi UGM. Dalam kesempatan tersebut, tampak hadir peneliti-peneliti dari sejumlah perguruan tinggi, perwakilan LIPI, Stem Cell Institute (ISC), dan BPPT.
Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt., Ketua CCRC Fakultas Farmasi UGM, menyebutkan pendirian PAKKI ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa terdapat peningkatan jumlah penderita penyakit kanker di Indonesia pada setiap tahunnya. Data riset kesehatan dasar Departemen Kesehatan RI (2007) menunjukkan prevelensi tumor di Indonesia sebesar 4,3 per 1.000 penduduk. Sementara itu, data WHO (2009) menunjukkan 70% dari total kematian akibat penyakit kanker terjadi di negara dengan penghasilan per kapita menengah ke bawah, salah satunya Indonesia. Untuk itu, menurut Edy, upaya penanggulangan penyakit kanker menjadi agenda penting saat ini.
Ditambahkannya bahwa berbagai upaya pengobatan penyakit kanker telah dilakukan secara intensif, baik melalui pembedahan, kemoterapi, maupun radioterapi. Namun, upaya tersebut belum mampu secara efektif menanggulangi kanker. Penelitian mengenai penggunaan bahan alam/sintetik dan agen biologis untuk mengenali, mencegah, serta menekan perkembangan kanker dari tahap inisiasi sampai dengan invasi dan pengembalian fungsi normal sel atau yang sering disebut sebagai kemoprevensi kanker, berkembang sejalan dengan upaya pemecahan masalah dalam penanganan penyakit ini. “Dari data-data ilmiah mengenai pencegahan timbulnya kanker dan cara untuk menekan pertumbuhan kanker menunjukkan bahwa kemoprevensi merupakan strategi baru yang sangat rasional di masa datang,” ujar pria yang pada kesempatan tersebut ditetapkan sebagai Ketua Pengurus Pusat PAKKI ini.
Lebih lanjut dikatakan Edy, dengan didirikannya PAKKI diharapkan mampu menjadi lembaga rujukan edukasi, riset, dan pengembangan sumber daya di bidang kemoprevensi kanker di Indonesia. Di samping itu, PAKKI juga dapat menjadi wahana penyampaian informasi, komunikasi, dan edukasi bagi para peneliti di bidang kemoprevensi kanker. “Kemoprevensi kanker juga sangat diharapkan dapat menjadi dasar rekomendasi yang bisa diterima oleh sistem pengobatan formal dalam pengobatan kanker di masa depan,” terangnya. (Humas UGM/Ika)