Pemerintah RI melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan target 1 juta wisatawan asing berkunjung ke Indonesia pada tahun 2010. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta bermaksud mendukung program itu. Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY bahkan berharap angka kunjungan tersebut meningkat pada tahun ini. "Kami berharap di tahun 2010 ini, angka kunjungan wisatawan asing mirip di tahun 1995, sebanyak 350 ribu orang. Meski pernah turun 25% dan pada tahun 2009 jumlah wisatawan asing yang berkunjung menjadi 200 ribu, kita semua berharap di tahun 2010 meningkat setidaknya menjadi 250 ribu," harap Drs. Istidjab M. Danunagoro, M.M. di Ruang Sidang Pimpinan UGM, Selasa (18/5).
Ketua PHRI DIY mengatakan hal itu saat berlangsung penandatanganan naskah kerja sama antara UGM, ASITA, dan PHRI DIY. Ketiga pihak sepakat untuk memperpanjang kerja sama penyelenggaraan Jogja Tourism Training Center (JTTC). Dikatakan Istidjab, pelaku wisata DIY saat ini sedang berupaya memberikan pelatihan bagi tenaga-tenaga hotel dan pariwisata agar memiliki kemampuan profesional dan sertifikat yang laku untuk bekerja di luar negeri. Hal tersebut seiring dengan kebijakan Pemerintah Singapura yang telah membuka kemungkinan tenaga kerja asing bekerja di sana. "Kita berharap SDM wisata kita bisa menembus pasar luar dan bisa bekerja di sana," tambahnya.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha (WR APU) UGM, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D., mendukung penyelenggaraan JTTC. JTTC dinilai sebagai kolaborasi yang baik antara pelaku wisata ASITA DIY, PHRI DIY, dan kalangan akademisi dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia wisata. "Jadi, UGM yang memiliki ilmu pengetahuan bisa secara optimal share untuk mensinergikan dengan beberapa pihak bagi pembangunan bangsa. Dengan JTTC, UGM bisa share dalam pengembangan SDM," ujarnya.
Dikatakannya bahwa UGM memiliki prospek dalam hal pengiriman tenaga profesional ke luar negeri. UGM saat ini sedang melakukan pembicaraan dengan Kedutaan Australia untuk pengiriman tenaga profesional bidang konstruksi, pertambangan, peternakan, rumah sakit, dan kesehatan. "Sayang, bidang pariwisata belum. UGM sedang berusaha menjadi center untuk pengiriman tenaga-tenaga profesional tersebut dan salah satu model kerja sama yang tengah berlangsung saat ini adalah dengan Ultratune Australia untuk memberikan pelatihan tenaga-tenaga bengkel. Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan memiliki sertifikat dan mampu bekerja profesional di sana," tutur WR APU.
Edwin Ismedi Himna selaku Ketua ASITA DIY berharap jika memungkinkan di UGM berdiri program studi yang berfokus pada tour and travel karena selama ini kajian tentang itu sebatas di akademi. "Saya berharap untuk itu, siapa tahu UGM akan menindaklanjuti kebutuhan ini," katanya. (Humas UGM/ Agung)