Yogya (KU) – Pengamat politik UGM, Prof. Dr. Ichlasul Amal, M.A., mengatakan kemenangan pasangan incumbent dalam pemilukada DIY menunjukkan calon incumbent memiliki fasilitas informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan calon lain. Mantan Rektor UGM ini menilai fasilitas informasi yang lebih banyak ini menguntungkan calon incumbent sehingga lebih dapat meyakinkan publik. “Apa yang dikerjakan lebih pasti dibandingkan calon lain,” kata Ichlasul Amal menjawab pertanyaan wartawan usai menjadi pembicara dalam Diskusi Great Thinkers Alexis De Tocqueville: Demokrasi dan Pemilu di Indonesia, Rabu (26/5), di Sekolah Pascasarjana UGM.
Disampaikan Amal bahwa sebagai incumbent, calon lebih tahu secara detail yang menjadi kelebihan dan kekurangan daerahnya, terutama terkait dengan program yang sudah dan belum dilaksanakan. Meski memiliki keuntungan dari sisi informasi, incumbent tetap saja memiliki kelemahan apabila kinerja saat menjabat dinilai buruk oleh publik. “Tergantung pada orang percaya dan tidak. Kalau melihat Megawati dan Bush Senior, dulu incumbent, tetap saja tidak dipilih,” imbuhnya.
Menyinggung munculnya perempuan yang juga menjadi pemenang pemilukada di DIY, menurut Amal, tidak akan mengubah gaya kepemimpinan saat menjabat nantinya. Hal itu disebabkan jabatan bupati sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan di daerah. “Mengubah kepemimpinan atau tidak, menurut saya sebenarnya tidak. Apalagi di Bantul, Ibu Idham mengatakan akan melanjutkan program suaminya (Idham Samawi),” katanya.
Dalam presentasi diskusi, Amal mengatakan sistem demokrasi yang dianut setiap negara berbeda satu sama lain. Dirinya mengibaratkan sistem demokrasi yang diterapkan di masing-masing negara mirip seperti sidik jari, satu sama lain memiliki perbedaan. “Sistem demokrasi tidak ada yang sama. Demokrasi itu seperti sidik jari. Kita tidak bisa meniru negara lain. Demokrasi harus sesuai dengan perkembangan negara itu sendiri,” kata mantan Ketua Dewan Pers ini. (Humas UGM/Grehenson)