Pusat Studi Trisakti dan Saemaul Undong (PSTS) Universitas Gadjah Mada bersama Saemaul Globalization Foundation menyelenggarakan seminar internasional bertajuik “Rural Community Empowerment Based on Trisakti and Saemaul Undong.” Pembicara yang hadir dalam seminar tersebut di antaranya Anang Sutrisno (Direktur BUMDes Hanyukupi Ponjong), Sri Mulyani (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, DIY). Hadir juga dalam seminar yang diselenggarkan pada Rabu (18/10) di Sekolah Pascasarjana UGM tersebut, Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin (Ketua PSTS UGM), Kwon Gi Il (Perwakilan Pemerintah Provinsi Gyeongsangbuk-do), dan Lee Sang Wook (Sekretaris Jenderal Saemaul Globalization Foundation).
Mukhtasar dalam sambutannya menjelaskan arti dari Saemaul Undong. Secara mendasar Saemaul Undong sama dengan prinsip gotong royong yang dimiliki mayarakat Indonesia. Ia menambahkan, secara terperinci Saemaul Undong berisi tiga hal yang sesungguhnya sama dengan tiga prinsip pada Trisakti. Prinsip tersebut, yakni kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan kepribadian bangsa sesuai dengan kebudayaan.
“Upaya PSTS UGM adalah fokus dalam upaya mengimplementasikan semangat gotong royng yang ada dalam Trisakti dan konsep Saemaul Undong,” jelas Mukhtasar.
Salah satu hasil dari kerja sama PSTS UGM dan Saemaul Globalization Foundation yakni diresmikannya Gedung Serba Guna yang dijadikan pusat kegiatan praktik Saemaul Undong di Desa Ponjong, Gunungkidul.
Saemaul Globalization Foundation juga membentuk Program Pembangunan Desa Percontohan Saemaul. Salah satu desa sasaran dalam program tersebut yakni Desa Ponjong. Anang Sutrisno, Direktur BUMDes Hanyukupi Ponjong, menjelaskan program tersebut akan dilaksanakan sekitar lima tahun. Pada tahun pertama, pelaksanaan difokuskan pada pelatihan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat desa serta penggalian potensi desa. Anang menjelaskan bahwa dari proses penggalian potensi tersebut terciptalah bisnis cycling peternakan terpadu yang merupakan hasil diskusi bersama antara tim Saemaul Globalization Foundation dengan Yayasan Penablu, Perangkat desa, Kelompok Tani, dan BUMDes.
Anang menjelaskan bahwa konsep bisnis cycling menghasilkan pengintegrasian antara tiga sektor yang ada di masyarakat dan nantinya akan menjadi rantai bisnis. Tiga sektor tersebut, yaitu sektor pertanian, limbah ternak, dan peternakan. Limbah dari produksi pertanian akan dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Menurut Anang, usaha peternakan yang dikembangkan untuk pembibitan sapi dan penggemukan sapi. Tagetnya adalah penambahan populasi sapi sehingga terpenuhinya kebutuhan daging sebagai sumber protein hewan bagi masyarakat.
“Saat ini kandang komunal untuk sapi telah selesai dibangun dan siap untuk beternak sapi,” ujar Anang.
Lee Sang Wook mengatakan gerakan Saemaul Undong efektif memberantas kemiskinan di Korea dengan berbasis pada pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat desa pertanian. Semaul Globalization Foundation memberdayakan masyarakat dengan memberikan pelatihan dan dana stimulan. Mengadopsi budaya lokal, Lee berharap program ini dapat menghasilkan produk lokal berkualitas tetapi dengan menerapkan semangat baru jiwa Saemaul Undong. (Humas UGM/Catur)