Mengembangkan aplikasi sistem informasi fertilitas bernama Smart Fert yang dapat dipakai sebagai alat ukur fertilitas yang valid, praktis dan mudah diimplemetasikan akhirnya mengantarkan dosen Departemen Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya, Lutfi Agus Salim, SKM, M.Si., memperoleh gelar doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Rabu (11/10).
Menurut Lutfi, indikator fertilitas merupakan salah satu indikator utama dalam pembangunan kependudukan terutama pengendalian kuantitas penduduk. Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, urusan kependudukan menjadi salah satu wewenang kabupaten/kota, sedangkan masalah ketersediaan indikator fertilitas masih menjadi kendala.
Meski berbagai metode perhitungan fertilitas telah banyak ditemukan oleh banyak ahli demografi dan lembaga kependudukan namun di tingkat kabupaten/kota metode tersebut dirasakan kurang aplikatif di lapangan karena keterbatasan alat aplikasi, data, metode dan kemampuan petugas.
Aplikasi Smart Fert yang dikembangakan oleh Lutfi selama menjadi mahasiswa S3 program doktor di FK UGM berbasis bahasa visual basic, software excell untuk mengecek kebenaran perhitungan metode langsung tersebut dan seperangkat paket program SPSS untuk menilai kesesuaian hasil olahan Smart Fert dengan olahan BPS.
Berdasarkan hasil penelitian tentang hasil uji t-test untuk membedakan TFR (Total Fertility rate), GFR (General fertility rate) dan CBR (General fertility rate) pengolahan dengan Smart Fert dengan TFR, GFR dabn CBR perhitungan data sensus penduduk di 38 kota di Jawa Timur tidak terdapat perbedaan signifikan. Bahkan, aplikasi ini valid setelah diuji tingkat kesesuaian denga hasil perhitungan datas sensus penduduk 2010 karena tidak ada perbedaan hasil yang signifikan. “Dengan demikian, aplikasi ini dapat dipakai untuk menghitung indikator fertilitas setiap tahun di kabupaten/kota di Indonesia,” ujar Lutfi saat ujian terbuka promosi doktor di FK UGM.
Ia meyakinkan bahwa aplikasi yang dibuatnya ini dapat menghitung indikator fertilitas yang valid, praktis dan mudah diaplikasikan sesuai dengan input data yang tersedia. Meski demikian, diperlukan pelatihan teknik fertilitas yang berkesinambungan di daerah, baik rencana jangka panjang maupun jangka menengah kabupaten/kota di era otonomi daerah.
“Kehadiran aplikasi sistem informasi fertilitas diharapakan bisa membantu petugas di lapangan,”ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)