Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen. Pol. Suhardi Alius, mengisi kuliah tamu pada upacara penerimaan mahasiswa baru program pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Senin (25/9), di Grha Sabha Pramana, Yogyakarta. Di hadapan 3.464 mahasiswa baru UGM, Suhardi mengajak mahasiswa untuk tak segan-segan melaporkan apabila ada kelompok yang mengajarkan paham radikal di dalam kampus baik yang dilakukan oleh rekan mahasiswa atau dosen. “Jika ada mentor yang mengajarkan yang tidak benar, laporkan ke dosen, dekan dan rektor,” kata Suhardi.
Menurut Suhardi radikalisme sudah menjalar ke berbagai lini bahkan sampai ke institusi pendidikan mulai dari pendidikan tinggi hingga ke jenjang pendidikan anak usia dini. “Radikalisme sudah masuk kemana- mana, ada anak PAUD yang tidak mau diajak orang tua ke mall karena menganggap orang lain itu kafir,” ujarnya
Ia menyebutkan ciri paham radikalilsme itu bisa dilihat dari perilaku dan sikap yang intoleransi, anti pancasila, dan anti NKRI serta mengkafirkan orang lain yang tidak sepaham dengan kelompok mereka. Pendapat tersebut dikemukakan Suhardi berdasarkan pengalaman BNPT dalam memeriksa napi mantan teroris, bahkan anggota keluarga teroris yang masih hidup. “Dari hasil pemetaan psikologis, anak dari mantan keluarga pelaku bom bunih diri di Surabaya ini memiliki keinginan kuat menjadi mujahid, anti Pancasila, anti merah putih, rindu bertemu orang tuanya di alam lain, ia kangen menonton aksi-aksi kekerasan saat bersama orang tuanya dulu,” katanya.
Ia menambahkan paham radikalisme tidak hanya disebar lewat kegiatan diskusi dan pertemuan, namun sudah melalui website dan media sosial. “Sekarang, paham radikalisme disebar lewat web dan medsos sehingga muncul fenonema lone wolf atau aksi tunggal bom bunuh diri, jangan sampai keluarga kita terpapar,” katanya
Meski pemerintah melakukan upaya deradikalisasi, namun ia mengharapkan semua warga negara meningkatkan rasa kebangsaan dengan bersama-sama mengawasi seluruh warga yang ditengarai memiliki perilaku berbeda dari sebelumnya.
“Apabila ada teman yang datang dan kemudian tiba-tiba menghilang, segera cari, jangan dibiarkan, apalagi ia buat kelompok yang sifatnya eksklusif, di situlah proses indoktrinasi dimulai,” katanya.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., Ph.D., dalam pidato sambutannya kepada mahasiswa baru menyampaikan ucapan selamat bergabung menjadi keluarga besar UGM. “UGM sebagai universitas nasional pertama setelah kemerdekaan memiliki dua garis perjuangan yakni bekerja untuk kemanusiaan dan berjuang untuk pembangunan nasional,” katanya.
Selama menempuh pendidikan di kampus UGM, kata Panut, mahasiswa pascasarjana dituntut untuk bisa menghasilkan produk inovatif selama melaksanakan kegiatan riset. Namun demikian, mahasiswa juga mampu menjaga sikap toleransi dan menghargai keragaman. “Saya yakin, dua atau empat tahun lagi setelah lulus, kemanapun Anda pergi, UGM tetap selalu di hati Saudara,” katanya.
Upacara penyambutan mahasiswa baru untuk program master, doktor dan spesialis ini ditandai dengan pemakaian jas almamter oleh Rektor kepada empat orang perwakilan mahasiswa pascasarjana, disaksikan oleh Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan UGM, Prof. Djagal Wiseso Marseno, dan Direktur Kemahasiswaan UGM, Dr. R. Suharyadi, M.Sc. (Humas UGM/Gusti Grehenson;foto: Firsto)