Pengurus Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) menyelenggarakan Webinar Presidensi G20 dengan tema “Membangun SDM Unggul dan Produktif Berkelanjutan” secara daring pada Minggu, (7/3).
Anwar Sanusi, Ph.D, Sekjen Kemnaker & Waketum II PP Kagama, dalam pidato kuncinya menyampaikan bahwa G20 adalah kumpulan negara-negara yang memang memiliki kontribusi besar terutama terkait dengan ekonomi.
“Delapan puluh dua persen ekonomi dunia ada di tangan 20 negara ini. Artinya kita sangat bangga, Indonesia sudah menjadi bagian penting dari percaturan ekonomi, politik dan juga kebudayan,” ujarnya pada Minggu, (7/3).
Lebih lanjut Anwar memaparkan bahwa serangkaian diskusi ini untuk menyemarakkan presidensi Indonesia di G20.
“Kita mengambil tema “Membangun SDM Unggul dan Produktif Berkelanjutan” karena Indonesia saat ini berada di momentum luar biasa, dimana hampir 60% berada di angkatan kerja produktif. Kedua, kita juga memiliki tantangan dengan adanya revolusi industri 4.0. Artinya ini merubah tatanan pekerjaan, banyak pekerjaan yang hilang dan banyak pekerjaan yang tumbuh. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan pekerjaan yang tumbuh tersebut dengan sebaik-sebaiknya. Ketiga, kondisi pandemi merubah signifikansi kondisi ketenagakerjaan kita,” paparnya.
Budi Hartawan, S.E., M.A., Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kemnaker menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai beberapa tantangan dan peluang dalam meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. Tantangan tersebut menurut Budi antara lain jumlah pengangguran terbuka (9,10 juta jiwa), tenaga kerja informal masih mendominasi, jumlah angkatan kerja baru per tahun (2,7 juta jiwa), jumlah orang di Indonesia harus mengikuti pelatihan lagi untuk jenis pekerjaan baru (6-29 juta jiwa), jumlah pekerjaan terdampak otomatisasi (23 juta jiwa), dan penduduk usia kerja terdampak Covid-19 (21,32 juta jiwa).
Sedangkan peluangnya antara lain jumlah kebutuhan supply tenaga kerja terampil pada tahun 2030 untuk Indonesia menjadi negara dengan ekonomi nomor 7 terbesar di dunia, jenis pekerjaan baru yang akan muncul, Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi pada tahun 2030, dan sebagainya.
“Indonesia akan menjadi negara yang tua dan miskin bila tidak memanfaatkan peluang bonus demografi. Pelatihan vokasi menjadi solusi percepatan pemenuhan tenaga kerja terampil,” ujar Budi.
Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, menekankan bahwa sistem pendidikan kita seharusnya tidak hanya mengedepankan hardskill, namun softskill dan integritas juga harus dimiliki.
“Kompetensi softskills antara lain communication, leadership, problem solving, english presentation, critical thinking dan lain sebagainya. Serta, yang paling penting adalah integritas dan karakter yang jujur, pekerja keras, karakter pemenang, dan sehat. Jadi inilah yang harus kita produce dari sistem pendidikan dan sistem pembelajaran kita. Selama ini kita hanya terlalu fokus pada hardskill, maka kita geser dengan konsep merdeka belajar,” tutur Wikan.
Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha (Apindo), memberikan beberapa rekomendasi untuk menciptakan SDM yang unggul sesuai kebutuhan dunia usaha.
“Kita mengusulkan untuk meningkatkan pengembangan skill terkait dengan teknologi dan peningkatan produksi. Rekomendasi lainnya adalah melalui penguatan daya saing, dukungan fiskal dan non-fiskal, konsistensi sinergi kebijakan hulu dan hilir, pengembangan kawasan industri, dan implementasi industri 4.0 berdaya saing tinggi dengan insentif bagi industri yang melakukan pengembangan keterampilan,” tuturnya.
Penulis: Desy