Untuk menghargai jasa-jasa kedua Guru Besar Fakultas Peternakan yaitu Prof. Dr. Soeharto Prawirokusumo, MSc dan Prof. Drs. Nasroedin, M.Sc dalam perhatiannya terhadap pengembangan bidang perunggasan maka keluarga besar Fakultas Peternakan UGM menyelenggarakan Seminar Nasional Perunggasan Indonesia Sekarang dan Masa Depan. Demikian diungkapkan Dr. Ir. Ali Wibowo, M.Sc selaku Ketua Panitia Seminar.
Seminar yang diadakan Sabtu, 26 Fabruari 2005 di Auditorium Fakultas Peternakan UGM ini, terselenggara atas kerjasama Laboratorium Biokimia Nutrisi dan Laboratorium Ternak Unggas.
Sebagai pembicara antara lain: Prof. Dr. Soeharto Pr., M.Sc dan Prof. Drs. Nasroedin, M.Sc sebagai keynote speakers; Dr. Ir. Ferry Poernama, M.Sc dan Ir. Achmad Dawami mewakili pengusaha pakan unggas; Prof. Dr. Ir. Zaenal Fanani, M.S. mewakili akademisi; dan Ir. Sumanto mewakili pengusaha sukses peternak ayam.
Menurut Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Tri Yuwanta, SU, DEA mengemukakan bahwa perunggasan sebetulnya merupakan salah satu peternakan yang mampu bertumbuh secara mengesankan dan paling siap menghadapi pasar global. “Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya dan strategisnya perunggasan ini bagi Bangsa Indonesia. Dalam dunia peternakan kita harus mampu melihat perunggasan pada 20 tahun yang akan datang yang mencirikan trade barrier yang sangat komplek dan rumit khususnya tentang kualitas produksi yang memenuhi standar baku ISO 9000/14000 dan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points), serta poultry welfare yang dipersyaratkan pasar global,” ungkap Prof. Tri Yuwanta.
Ditambahkan pak Dekan, kesalahan dalam menginterpretasikan peraturan pemerintah, belum adanya keberpihakan kepada peternak menyebabkan peternak budidaya masih memperoleh porsi terkecil dari nilai tambah keseluruhan hasil, karena disamping tidak adil juga tidak mendorong meningkatkan usahanya. “Kami berkeyakinan bahwa pemakalah pada seminar perunggasan ini mampu memberikan gagasan-gagasan dan ide-ide original tentang jalankeluarnya masalah tersebut,” kata Prof. Tri Yuwanta.
Sementara itu, Ir. Achmad Dawami mengatakan bahwa usaha perunggasan kini telah menjadi sebuah industri yang mempunyai komponen lengkap dari hulu hingga hilir. Putaran dana meningkat dari tahun ke tahun. Jika dahulu perunggasan menjadi usaha sambilan, maka kini menjadi usaha utama, bahkan menjadi pilar bagi pertumbuhan agribisnis. “Usaha perunggasan tidak hanya diartikan sebagai usaha penghasil komoditas ayam dan telur untuk pemenuhan makanan keluarga saja ayam dan telur untuk pemenuhan makanan keluarga saja, tetapi harus diartikan secara lebih luas: yaitu sebagai ujung tombak perbaikan gizi, penentu kecerdasan dan kesehatan bangsa, kekuatan ketahanan pangan nasional, menciptakan lapangan pekerjaan, menumbuhkan ekonomi dan meningkatkan income per kapita. Saat ini mulai tumbuh “wiraswastawan muda dan terpelajar” yang menekuni bisnis perunggasan,” tutur Dosen Fak. Peternakan ini.
Dalam makalah berjudul “Perunggasan Indonesia Sekarang dan Masa Depan” ia menjelaskan, perunggasan Indonesia tetap memiliki prospek yang cerah, karena ekonomi Indonesia sedang mengalami masa pemulihan, sementara konsumsi perkapitanya masih rendah. Pasar domestik yang besar,mejadi incaran bagi negara-negara penghasil untuk melemparkan produknya. Produsen Indonesia harus bersaing dalam pasar gobal untuk memenuhi pasar dalam negeri dan juga pasar ekpor untuk meraih devisa. “Yang perlu ditingkatkan dalam produktivitas & efisiensi antara lain: Teknologi, SDM, Penanggulangan Penyakit, dan Sarana Produksi (bibit, pakan) dengan memberikan pungutan, retribusi atau PPN. Sedangkan untuk Meningkatkan Produksi dalam menghadapi Pasar diperlukan promosi untuk meningkatkan konsumsi hasil unggas, dukungan Pemerintah dan Regulasi, serta distribusi produksi dan pemasarannya,” tegas Ir. Achmad Dawami. (Humas UGM)