Gangguan jiwa masih menjadi persoalan kesehatan masyarakat di Indonesia. Data Riset kesehatan Dasar 2013 mencatat gangguan jiwa di masyarakat semakin bertambah karena adanya tekanan hidup yang semakin berat, konflik, pemutusan kerja, dan bencana. Dengan angka rata-rata gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai 1,7 per mil atau sekitar 400.000 orang dan gangguan jiwa ringan seperti cemas dan depresi mencapi 14 juta orang.
Dosen program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Ibrahim Rahmat SKp.,SPd.,M.Kes mengatakan berbagai permasalahan kesehatan jiwa dapat mengakibatkan maslah psikososial termasuk konsep diri. Kebutuhan konsep diri merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia yang wajib dipenuhi salah satunya oleh keluarga. Hanya saja kebanyakan keluarga tidak siap menangani anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
“Pengetahuan yang memadai untuk merawat pasien gangguan jiwa sangat diperlukan apalagi masih ditambah dengan adanya stigma negatif dari masyarakat,” jelasnya, Rabu (20/5) saat ujian terbuka program doktor di FK UGM.
Pengetahuan tersebut, kata dia, dapat dilakukan melalui berbagai pelatihan kesehatan jiwa. Beberapa diantaranya seperti Community Mental Health Nursing (CMHN), Cognitive Behavior Therapy (CBT), pedoman Pengkajian Konsep Diri (PPKD), serta Thought Stopping Therapy (TST) oleh tenaga kesehatan terlatih.
“Konsep diri dalam kehidupan manusia sangat penting karena jika permasalahan konsep diri manusia tidak terpenuhi maka bisa menyebabkan disfungsi personal sebaliknya jika terpenuhi maka aktualisasi diri dapat tercapai secara optimal,” paparnya.
Dari penelitian yang dilakukan Ibrahim pada 129 responden dari 10 puskesmas di Kabupaten Bantul diketahui pemberian pelatihan Intermediate Course CMHN dan Basic Course CMHN, pengkajian konsep diri, CBT, dan tought stopping dapat meningkatkan kualitas konsep diri pada pasien gangguan kesehatan jiwa pada tahap maintenance dan health promotion di wilayah Puskesmas Bantul.
“Peningkatan kualitas konsep diri bisa ditingkatkan dengan baik lewat pelatihan ataupun penyediaan modul bacaan,” jelasnya. (Humas UGM/Ika)