Lima mahasiswa UGM berhasil mengembangkan Portable Medical Finger Glow (Mediglow) untuk mempermudah tenaga medis dalam melakukan pemeriksaan gigi. Mereka adalah Silva Eliana Aspriyanti, Ratih Setyawati (Fakultas Kedokteran Gigi), Zakaria Abdur Rahman , Dennis Atyugrastiwi (Teknik Industri) dan Muhammad Belva Ababil (Teknik Mesin).
Silva Eliana mengatakan pengembangan Mediglow berawal dari kondisi tenaga medis yang seringkali merasa kesulitan saat melakukan pemeriksaan gigi. Dalam melakukan pelayanan kesehatan, dokter gigi memerlukan alat penerangan rongga mulut seperti senter sebagai sumber cahaya. Sementara itu juga masih harus memegang alat periksa gigi lainnya. “Kegiatan ini mempersulit kerja dokter karena harus memegang dua alat sekaligus,” jelasnya, Kamis (28/5) di Kampus UGM.
Melihat kondisi tersebut kelima mahasiswa ini pun tergerak untuk mengembangkan sebuah alat penerangan pada pemeriksaan gigi dan mulut yang mempermudah tenaga medis saat melakukan pelayanan kesehatan. Alat yang dikembangkan merupakan alat penerangan jenis LED yang bisa digunakan pada jari dibalik sarung tangan tenaga medis. “Alat ini mudah digunakan dan bisa dibawa ke mana saja bahkan saat pengabdian di derah pelosok karena bersifat portable,” ungkap Silva.
Untuk penggunaan Mediglow ini tidaklah rumit. Hanya dengan memasang gelang dan cincin Mediglow kemudian menyelimutinya dengan sarung tangan medis, maka alat ini siap untuk digunakan dalam pemeriksaan gigi. ”Gelang dan cincin bisa disesuaikan ukurannya dari S,M,L serta warna dan juga coraknya,” kata Silva.
Sementara ditambahkan oleh Dennis, selain bersifat portable, alat yang mereka kembangkan juga memiliki keunggulan lain yakni dapat disterilisasi menggunakan ozon dan alkohol. Disamping itu juga menggunakan prinsip ergonomi dimana dimensi alat disesuaikan dengan dimensi postur kerja manusia sehingga pekerja dapat bekerja dengan nyaman.
Kehadiran Mediglow tidak terlepas dari partisipasi mereka dari Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2015 yang didanai oleh DIKTI. Saat ini Mediglow dapat dimiliki dengan harga terjangkau. Untuk generasi pertama dibanderol seharga Rp. 99.000,-. Bahkan alat ini sudah tersebar di seluruh Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesia melalui kerjasama Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI).”Saat ini kami tengah dalam prosespengajuan paten dari Dirjen HKI,” terangnya. (Humas UGM/Ika)