Kanker lidah masih menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia. Bahkan penderita kanker lidah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu penyebab munculnya penyakit ini dikarenakan kebiasaan merokok. Data WHO 2008 menunjukkan Indonesia ada di urutan ketiga dengan jumlah perokok terbesar dunia
“Jumlah penderita terus meningkat karena jumlah perokok di Indonesia tergolong tinggi dan hanya lima provinsi di Indonesia yang bebas dari kanker lidah,” kata kata Ulfah Hermin Safitri mahasiswa Kedokteran Gigi UGM, Rabu (3/6) di Kampus UGM.
Kenyataan tersebut menggerakkan Ulfah dan tiga rekannya Riska Firma Nawangsih, Naida Dwi Noviyanti, Fitria Nuraini, dan Diyah Apliani melakukan penelitian untuk menemukan bahan alternatif sebagai anti kanker. Mereka memanfaatkan bawang putih sebagai bahan anti kanker dalam penelitiannya itu.
“Selain mengandung alisin sebagai anti peradangan dan anti kolesterol, bawang putih diketahui bisa mencegah berkembangnya sel kanker karena kemampuannya sebagai agen anti proliferasi (pertumbuhan sel) dan indoktor apotosis (kematian sel yang terprogram) pada sel kanker,” jelasnya.
Penelitian pengembangan bawang putih sebagai agen anti kanker lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) 2015. Di kembangkan dibawah bimbingan drg. Tetiana Haniastuti, M.Kes., Ph.D.
Guna mendapatkan bahan anti kanker, keempat mahasiswa tersebut mengolah bawang putih menjadi ekstrak etanolik bawang putih. Selanjutnya untuk mengetahui efek dari ekstrak etanolik bawang putih, mereka menyuntikkan 7,12-Dimetilbenz[a]antrasena (DMBA) pada lidah tikus bagian tepi. Selanjutnya setelah 5 minggu sel-sel lidah mengalami fase prekanker, ekstrak etanolik bawang putih diberikan dengan konsentrasi 50mg/ml atau 500mg/ml setiap hari selama 1 minggu. Setelah itu dilakukan pengambilan jaringan lidah tikus, kemudian dilakukan pewarnaan TUNEL untuk melihat sel yang mengalami apoptosis.
Dari hasil uji pada sel kanker lidah tikus Spargue Dawley, diketahui ektstrak etanolik bawang putih memiliki efek antipolifersi pada sel-sel kanker lidah dengan memicu penghentian siklus sel pada tahap G2/M. “Terjadi induksi apoptosis pada sel kanker lidah tikus, yang berarti ekstrak etanolik bawang putih dapat menghambat pertumbuhan sel kanker melalui induksi apoptosis,” ungkapnya.
Sementara Diyah Apliani menambahkan penelitian yang dilakukan masih berupa penelitian awal dan belum dilakukan uji coba ke manusia. Sehingga kedepan masih diperlukan penelitian lanjutan agar nantinya dapat dihasilkan obat-obatan yang dapat digunakan sebagai agen anti kanker lidah. “Penelitian ini masih perlu dikembangkan lagi di masa yang akan datang sehingga pemanfaatan bawang putih sebagai agen anti kanker lidah dapat dilakukan secara optimal,” ujarnya. (Humas UGM/Ika)