Penurunan fungsi fisik yang diakibatkan oleh hipertensi dapat menurunkan kualitas hidup. Hipertensi ini dapat dipicu oleh emosi, yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pengelolaan emosi untuk mencegah berkembangnya hipertensi menjadi penting.
Untuk mengetahui kualitas hidup orang dengan hipertensi ini dapat dilihat melalui pengaruh psikoedukasi strategi regulasi emosi reappraisal. Terdapat tiga cara berbeda yang dapat dilakukan, yaitu ceramah disertai bimbingan, booklet disertai bimbingan dan booklet tanpa bimbingan dengan mengendalikan optimisme.
“Bagaimanapun optimisme merupakan salah satu faktor personal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Karena itu, penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi, dengan metode pre test control group design,” kata Esti Hayu Purnamaningsih, Fakultas Psikologi UGM, Senin (15/6) saat menjalani ujian terbuka Program Doktor.
Melalui desertasi “Pengaruh Psikoedukasi Strategi Regulasi Emosi Reappraisal Terhadap Kualitas Hidup Orang Dengan Hipertensi”, Esti mengaku penelitiannya bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi strategi regulasi emosi reappraisal terhadap kualitas hidup orang dengan hipertensi. Psikoedukasi merupakan salah satu jenis intervensi psikologi dengan memberikan informasi atau pengetahuan tentang psikologi guna mendukung hidup sehat.
“Dalam disertasi ini, informasi yang diberikan adalah materi tentang hipertensi, emosi, dan cara mengelola emosi, yaitu cara melakukan regulasi emosi reappraisal untuk mendukung kesehatan”, ujar dosen Fakultas Psikologi UGM.
Secara implikasi teoritis disertasi Esti Hayu berkesimpulan pemberian psikoedukasi strategi regulasi emosi reappraisal baik yang disampaikan melalui ceramah disertai bimbingan, maupun dengan cara memberikan booklet disertai bimbingan, keduanya ikut berperan dalam meningkatkan kualitas hidup orang dengan hipertensi. Meski begitu, penyampaian dengan ceramah lebih efektif dibanding menggunakan booklet.
Sementara psikoedukasi strategi regulasi emosi reappraisal yang disampaikan melalui booklet tanpa bimbingan hasilnya tidak ada pengaruh yang signifikan. Artinya proses pemberian bimbingan menjadi hal yang sangat diperlukan dalam proses psikoedukasi semacam ini.
“Terutama mengingat subjek rata-rata memiliki pendidikan tidak tinggi, usia rata-rata diatas 50 tahun dan materi yang diberikan relatif baru”, tuturnya didampingi tim promotor Prof. Johana E. Prawirasari, Ph.D, Dr. Neila Ramdhani, M.Si. M.Ed dan fathul Himam, M.Psi., Ph.D. (Humas UGM/ Agung)