YOGYAKARTA – Fenomena komunikasi politik mengalami pergeseran seiring dengan semakin terbukanya ruang kebebasan dan daya dukung dari industr media massa. Pergeseran ini muncul dengan hadirnya beberapa acara jurnalistik bertema politik yang sering dikenal dengan talk show. Meski begitu, talk show tidak hanya sebagai medium penyampaian ide dan gagasan politik namun bisa menjadi jalan bagi tokoh poitik yang ingin mencapai posisi politik tertentu dengan menyampaikan ide-ide politiknya. Hal itu dikemukan Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, Muhammad Sulhan, S.I.P., M .Si., saat menyampaikan hasil penelitian disertasinya dalam ujian terbuka promosi doktor di Fisipol UGM, Selasa (16/6).
Sulhan mengatakan pemanfaatan acara program talk show untuk membentuk gambaran positif seorang tokoh politik tidak hanya terjadi di Indoensia, bahkan di Amerika justru sudah lama ada bahkan acara talk show tersebut dikenal luas oleh masyarakat dunia karena kepiawaian host seperti Phil Donahuem, Larry King dan Oprah Winfrey. Di Indonesia sudah acara sejenis seperti program Kick Andy yang dipandu oleh Andy Noya, atau acara lain seperti perspektif Wimar Witoelar, Satu Jam Lebih Dekat, dan Rossy.
Menurut Sulhan, kecenderungan dinamika media dengan talk show politik di dalamnya akan terus berkembang dengan berbagai format yang menyesuaikan setiap kancah perpolitikan. Meski begitu, format talk show politik setidaknya bisa memberikan kesempatan pada setiap kandidat untuk menampilkan dirinya senatural mungkin melalui bahasa keseharianya yang digunakan.
Sulhan menambhakan, talk show politik yang pada dasaranya bersifat esensial, namun kemudian dikemas dengan format sederhana dan ringan sehingga membuat semangat seorang tokoh menemukan ruang tampil. “Ranah politik yang tercipta di panggung talk show pada dasarnya telah dibalut dengan semangat konstelasi dan representasi pada setiap sosok politisi yang terlibat di dalamnya,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)