Pengembangan roket di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) selama baru terbatas pada prosesor dan radiometeri. Sementara itu muatannya belum dilengkapi dengan alogaritma navigasi untuk membaca parameter navigasi terutama pada roket jenis surveillance.
Romi Wiryadinata, Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Ageng Tirtayasa mengatakan muatan roket LAPAN hanya menggunakan Inertial Measurement Unit (IMU) , GPS, dan radio telemetri prodik komersil yang dipasang secara strapdown. Padahal produk IMU yang memiliki ketelitian sangat tinggi harganya mahal. Disamping itu juga tidak diperjualbelikan untuk kepentingan komersial.
Menurutnya ketergantungan teknologi khususnya bidang navigasi roket di LAPAN ini dapat dikurangi dengan pengembangan alogaritma navigasi strapdown Inertial Navigation System (INS). Karenanya ia mencoba mengembangkan alogaritma navigasi strapdown INS dengan memakai metode µe-Euler. Menggunakan persamaan metode Euler yang tidak terpengaruh persoalan singularity dengan cara menambahkan treshold dan logika kondisi.
“Alogaritma strapdown inertial navigation system (SINS) metode ini bisa dipakai untuk sistem navigasi untuk objek bergerak lambat maupun cepat, bahkan yang bergerak ekstrim seperti pada roket LAPAN,” jelasnya, Selasa (16/6) saat melaksanakan ujian terbuka program doktor di Fakultas Teknik UGM.
Mempertahankan disertasi berjudul “Pengembangan Alogaritma Inertial Navigation System Untuk Uji Peluncuran Roket Kendali LAPAN”, Romi menyampaikan pengembangan alogaritma SINS tetap menggunakan metode Euler karena roket LAPAN membutuhkan data tata acuan koordinat benda dan navigasi yang dikirin ke groundstation untuk dilakukan pengamatan terhadap attitude dan posisi lintasan terbang. Alogaritma ini mampu mengatasi masalah idle GPS dan singularity pada saat sudut pitch mendekati 90°.
Lebih lanjut dikatakan Romi dengan memiliki IMU yang terintegrasi dengan alogaritma INS yang sesuai dengan spesifikasi roket LAPAN serta bisa digunakan untuk muatan dan uji terbang semua tipe roket LAPAN diharapkan mampu mengurangi ketergantungan teknologi bidang alogaritma navigasi roket. DIsamping itu juga mampu memperikan informasi tentang kebutuhan komponen pendukung sebelum proses alogaritma navigasi seperti sensor dan pengkondisi sinya atau setelah proses alogaritm anavigasi yaitu telemetri, sistem gerak, dan kendali. (Humas UGM/Ika)