YOGYAKARTA – Dianty Widyowati Ningrum, 20 tahun, mahasiswi jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) Fisipol Universitas Gadjah Mada berhasil menyabet juara tiga dalam ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Nasional yang digelar oleh Kemenristek Dikti di Hotel santika Premiere Malang, Selasa (30/6). Ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional ini berlangsung selama dua hari, 28-30 Juni, diikuti sebanyak 30 finalis yang terbagi menjadi dua kategori, jenjang S1 dan Diploma. Universiotas Gadjah Mada di ajang ini berhasil mengirimkan dua delegasinya sebagai finalis, namun hanya Dianty yang berhasil menempati posisi juara tiga. Juara pertama dan kedua untuk kategori jenjang sarjana diraih R. Aditya Brahmana dari ITS dan Ikrom Mustofa dari IPB.
Saat dihubungi via telpon, Rabu (1/7), Dianty mengungkapkan perasaan senang dan bangga setelah dirinya dinobatkan sebagai juara tiga nasional setelah sebelumnya bersaing ketat dengan 15 finalis lainnya. “Nggak nyangka, (peserta) yang lain sangat luar biasa,” kata wanita asal Magelang ini.
Untuk jenjang Sarjana, kata Dianty, dia bersaing dengan mahasiswa berprestasi dari Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Andalas, Universitas Kristen Krida Wacana, Institut Pertanian Bogor, Universitas Bina Nusantara, Universitas Negeri Malang, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Universitas Udayana, Institut Seni Indonesia Surakarta, Universitas Dian Nuswantoro, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Universitas Gadjah Mada.
Kelima belas finalis ini sebelumnya mengikuti tahapan proses seleksi yakni tes psikologi, presentasi karya tulis ilmiah, presentasi kemampuan berbahasa Inggris dan prestasi karya unggulan. Bagi Dianty, presentasi karya tulis dihadapan 8 orang pakar nasional merupakan tahapan yang paling berat. Pasalnya setiap peserta diharuskan menyampaikan ide dan gagasan kreatif yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Adapun topik karya tulis yang diangkat oleh Dianty adalah pengadaan data kualitatif dan kuantitatif anak jalanan untuk memudahklan proses penanganan sosial.
Menurut Dianty, jumlah anak jalanan seluruh Indonesia saat ini berjumlah sekitar 232 ribu orang bertambah dua kali lipat dibanding tahun 2011 lalu yang hanya mencapai 130 ribu orang. Menurutnya pertambahan jumlah anak jalanan belum diketahui penyebabnya karena minimnya ketersediaan data begitupun juga proses penanganannya. “Data anak jalanan selama ini sangat terbatas, saya menawarkan metode survei untuk menguatkan pengolahan data tersebut,” kata anak bungsu dari pasangan orang tua pensiunan karyawan swasta.
Aktif Organisasi
Keikutrsertaan Dianty mewakili UGM dalam ajang Mawapres nasional ini tidaklah mudah. Untuk bisa terpilih sebagai finalis, setiap universitas negeri dan swasta dari seluruh Indonesia mengirimkan biodata mahasiswa berprestasi masing-masing. Disamping melengkapi persyaratan administrasi yaitu karya tulis ilmiah, daftar prestasi unggulan, transkrip akademik, setiap peserta yang diajukan juga diminta mengirim video presentasi karya tulis ilmiah dalam Bahasa Inggris dan video keseharian yang diunggah di laman milik Dikti. “Apabila lolos akan dipilih masuk dalam 15 finalis nasional,” katanya.
Dianty sendiri saat ini tercatat sebagai mahasiswa yang duduk di semester delapan. Meski tengah menyusun skripsi, Dianty berprestasi di bidang akademik karena memiliki nilai IPK 3,82. Di luar akademik, Dianty dikenal aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa. Dia pernah menjadi Ketua UKM English Debat Sosiety (EDS) UGM, Anggota Jamaah Muslim Fisipol, dan pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan PSdK UGM.
Keikutsertaannya dalam organisasi EDS telah mengantarkan Dianty dua kali juara debat bahasa Inggris tingkat nasional di tahun 2013. Bahkan ia pernah diundang sebagai juri dalam kompetisi debat mahasiwa tingkat internasional The World Universities Debating Championship (WUDC) di Chennai India tahun lalu. Selain itu, Dianty juga aktif mengikuti program pertukaran mahasiswa tercatat pernah mengikuti program student exchange di Singapura selama satu semester tahun 2014 lalu, pernah magang di Thailand selama 1 bulan, dan mengikuti program pertukaran mahasiswa ke Vietnam selama 3 bulan.
Aktif di organisasi kemahasiswaan dan mengikuti program pertukaran mahasiswa menurut Dianty tidak mengganggu kuliahnya. Menurutnya, lingkungan akademik di kampus sangat mendukung dirinya untuk bisa berpretasi di luar akademik. Bahkan ia selalu mendapat dukungan dari rekan mahasiwa maupun dosen. “Bukan mustahil kita bisa melakukan ini semua karena sistem akademik mendukung untuk itu, asalkan bisa mengatur waktu dan melakukan perencanaan dengan baik,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)