Pemasangan gigi tiruan merupakan metode untuk menggantikan gigi yang hilang. Cara ini banyak dilakukan tidak hanya ditujukan untuk menggantikan fungsi gigi yang telah hilang tetapi juga mempertahankan penampilan. Penentuan warna gigi tiruan menjadi pertimbangan penting saat pemilihan gigi tiruan, disamping kualitas dan ukuran.
Biasanya untuk mencari warna gigi tiruan yang sesuai dengan warna gigi aslinya, dokter gigi melakukan pemilihan warna secara manual dengan tooth shade guide yang ada di pasaran. Pemilihan warna secara manual dilakukan dengan cara membandingkan warna antara tooth shade guide dan gigi asli yang masih ada di rongga mulut. Metode pemilihan warna gigi tiruan secara visual menggunakan tooth shade guide dengan 16 skala warna gigi kurang efektif. Hal ini diksebabkan warna gigi tiruan yang terpilih kurang akurat akibat subjektivitas yang tinggi. Tidak hanya itu, pemilihan secara manual juga membutuhkan waktu lama dalam proses penentuan warna gigi yang akan dipilih.
Kenyataan itu mendorong lima mahasiswa UGM mengembangkan sebuah aplikasi yang membantu memudahkan dokter gigi dalam menentukan gigi tiruan. Mereka adalah Alfira Harifi, Zahratul Iftikar, dan Yudhistira Pradiptya (Fakultas Kedokteran Gigi), serta Dwi Prasetya dan Damar Adi Prabowo (Ilmu Komputer Fakultas MIPA), yang berhasil membuat “Obutive” berupa aplikasi Tooth Shade Guide berbasis android untuk menentukan warna gigi tiruan secara objektif.
Cara kerja aplikasi ini cukup mudah hanya dengan membuka aplikasi Obutive. Selanjutnya cukup dengan menekan tombol ‘Add’ maka kamera interface akan terbuka dan siap untuk digunakan memfoto gigi pasien. Foto gigi pasien kemudian di crop pada satu gigi sehingga akan muncul hasil skala warna gigi. “Hasil skala warna ini bisa disimpan dengan menambahkan identitas pasien. Hasil yang tersimpan bisa terintegrasi dengan server kami dengan domain obutive.com,” jelas Alfira Selasa (14/7) di Kampus UGM.
Lebih lanjut disampaikan Alfira, pembuatan aplikasi memakan waktu hampir tiga bulan lamanya karena melalui banyak proses. Diantaranya pengambilan gambar skala gigi untuk library aplikasi, membangun environment aplikasi, serta pengkodingan. Selain itu mereka juga terkendala pencahayaan saat pengembilan gambar untuk database. “Jarak nilai warna gigi pada database terlalu sedikit sehingga terkadang sistem salah menerjemahkan gambar yang kami ambil. Hal ini akan diatasi dengan SOP yang akan kami buat,” urainya.
Ditambahkan Damar, kedepan mereka berupaya membuat Obutive dapat diunduh di Play Store lalu user bisa log in di website mereka. Akun dari user digunakan untuk menyimpan data hasil skala warna gigi dengan identitas pasien secara sederhana. “Kami berharap aplikasi ini nanatinya dapat membantu lebih banyak dokter gigi dalam menentukan warna gigi tiruan secara cepat dan akurat,” harapnya. (Humas UGM/Ika)