Tim mahasiswa UGM berhasil memboyong juara dalam Danone Young Social Enterpeneur 2015. Pada kompetisi yang digelar pada 18-19 Agustus 2015 di Cyber Tower Jakarta, tim mahasiswa UGM berhasil meraih juara I dan juara II setelah menyisihkan lebih dari 100 proposal bisnis yang dikirimkan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Kembangkan Stagen Warna
Tim Dreamdelion UGM yang beranggotakan Fitriani Kembar Puspitasari (FISIPOL), Evaulia Nindya Kirana (FEB), Elsa Sabrina Maharani(FEB), Amanda Rachmaniar (Fakultas Psikologi), dan Hanif Isnanto( Fakultas Psikologi) berhasil menjadi juara I dengan mengajukan ide bisnis pengembangan stagen warna-warni (Rainbow Stagen). Dalam pengembangan bisnis tersebut kelimanya memberdayakan masyarakat Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang telah lama melakoni usaha menenun stagen secara turun temurun. “Kami dengan warga Sumberarum bersama-sama mengembangkan potensi yang telah ada dengan penambahan sentuhan inovasi,” kata Fitriani, Kamis (27/9) di Kampus UGM.
Sentuhan inovasi tersebut adalah dengan penambahan berbagai warna dalam setiap tenun stagen sehingga stagen yang dihasilkan berwujud seperti kain lurik. Dari stagen warna-warni itu kemudian dikembangkan menjadi kerajinan lainnya seperti bros, dompet, tas, baju, jam, serta sepatu. “Harapannya dengan terobosan ini dapat meningkatkan nilai jual dari stagen sehingga bisa meningkatkan pendapatan warga,” tuturnya.
Selama ini para ibu penenun stagen di Sumberarum hanya menenun stagen satu warna yaitu hitam. Biasanya stagen tersebut dijual ke tengkulak seharga Rp. 18.000,- satu gulungnya yang berukuran 10 meter. Kini dengan pembuatan stagen warna-warna mampu meningkatkan nilai jual stagen hingga empat kali lipat. “Dari stagen warna tersebut kita buat menjadi aneka kerajinan lain yang dijual dengan harga antara 10-30 ribu rupiah per itemnya,” kata mahasiswi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIPOL UGM ini.
Pengembangan usaha Rainbow Stagen ini bukannya tanpa kendala. Mulanya, Fitriani dan keempat rekannya harus berusaha keras meyakinkan warga Sumberarum terkait potensi pengembangan bisnis ini. Saat awal melakukan sosialisasi di penghujung 2013 lalu, hanya 20 orang warga saja yang datang dan semakin menyusut menjadi 3 orang saja yang mau mencobanya. “Kebanyakan masyarakat masih ragu untuk menjalankan usaha ini. Mereka sudah terbiasa dengan mudah menenun stagen polos sehingga merasa kesulitan untuk menenun stagen warna-warni,” paparnya.
Meskipun kurang mendapat respon positif dari masyarakat, kelimanya tidak patah arang. Dengan telaten mereka terus melakukan pendekatan dan berupaya meyakinkan bahwa dengan usaha stagen warna-warni ini dapat meningkatkan kesejahteraan warga. Akhirnya setelah melalui pendekatan selama tiga bulan, warga menunjukkan keinginan untuk melakoni usaha itu. “Maret 2014 warga sudah muai membuat stagen warna-warni. Tentunya terus kita dampingi dengan memberikan pelatihan menenun, pewarnaan dengan bahan alam, dan jahit-menjahit,” ungkapnya.
Pelatihan lain seperti kewirausahaan, perkoperasian, serta pemasaran tidak lupa mereka berikan kepada warga Sumberarum. Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat pengembangan usaha stagen warna-warni. “Kami berharap kedepan masyarakat bisa membentuk UKM dan menjalankan usaha secara mandiri,” terangnya.
Evaulia menambahkan pengembangan usaha Rainbow Stagen ini tidak hanya berorientasi bisnis semata. Namun menjadi salah satu upaya pelestarian tradisi dan budaya masyarakat Yogyakarta yang hampir hilang. “Harapannya, kami dapat melestarikan budaya Jogja sehingga Stagen dapat menjadi ikon baru dari Yogyakarta,” imbuhnya.
Disampaikan Evaulia, ide bisnis yang mereka kembangkan dipilih sebagai yang terbaik dalam Kompetisi Danone Young Social Enterpreneur 2015oleh dewan juri selain orisinalitas ide, mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. “Selain bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, menurut dewan juri ide bisnis kami ini tidak sekedar ide saja tetapi telah diaplikasikan di masyarakat. Selain itu juga memberikan nilai tambah karena kami ingin menjadikan stagen warna-warni ini sebagai ikon baru Yogyakarta,” urainya.
Bantu Petani Dengan Aplikasi Siramin
Selain tim Dremadelion, tim mahasiswa UGM lainnya yaitu Ace Culture berhasil meraih juara II dalam kompetisi ini. Tim yang terdiri Andreas Ghandi HP, Raditya Chandra B, Kukuh Setyo R dari Fakultas Teknik; Resa Masela K dari FEB; dan Rifka Auliya F dari FTP mengangkat ide bisnis mengembangkan inovasi berbasis teknologi untuk membantu petani. Lima mahasiswa muda ini membuat aplikasi Siramin, yaitu otomatisasi penyiraman tanaman pertanian bagi petani.
Andreas mengatakan pengembangan alat tersebut ditujukan untuk membantu petani dalam mengelola dan merawat tanaman pertanian khususnya dalam hal penyiraman dan pemupukan. Aplikasi Siramin akan melakukan penyiraman dan pemupukan secara otomatis. “ Petani bekerja merawat tanaman setidaknya 8 jam sehari dan seperempat waktunya hanya untuk menyiram tanaman sebanyak 1 kali saja, padahal setidaknya tanaman harus disiram 2 kali sehari,” tuturnya.
Sementara dengan alat ini hanya cukup dengan menggunakan sms dan aplikasi berbasis web secara otomatis alat penyiram akan hidup dan menyirami tanaman. Selain itu alat ini dapat memberikan notifikasi pengingat waktu penyiraman. Tidak hanya itu, siramin juga bisa diprogram untuk melakukan penyiraman secara terjadwal. “Alat ini sudah kami ujicobakan bagi petani di di Playen, Gunungkidul,” ungkapnya.
Danone Young Social Enterpreneur 2015 ini diikuti lebih dari 100 peserta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Perlombaan yang diadakan Danone ini ditujukan untuk menumbuhkan semangat social enterpreneurship mahasiswa Indonesia dengan misi Empowering Youth to Empower People. Dari 100 proposal yang masuk selanjutnya dipilih 12 ide bisnis terbaik. Kemudian dari 12 proposal tersebut disaring menjadi lima terbaik untuk presentasi dihadapan juri. Lima kelompok terbaik mendapat modal pengembangan bisnis sebesar Rp. 15 juta. Sementara itu juara I mendapat kesempatan studi banding di Danone Thailand pada bulan September mendatang. (Humas UGM/Ika)