Bidai merupakan salah satu alat P3K yang dibutuhkan terutama untuk pertolongan pada korban patah tulang atau fraktur. Alat ini berfungsi untuk menjaga agar bagian tubuh yang fraktur tidak berubah posisi dan mencegah terjadinya luka baru. Namun ketersediaan alat ini pada perlengkapan P3K masih sangat minim. Salah satunya karena alat memiliki ukuran yang besar, berat dan kurang praktis untuk dibawa.
Kondisi tersebut mendorong tiga mahasiswa UGM yaitu Dionita Rani (Fakultas Kedokteran), Sheptian (Fakultas Pertanian), dan Fuad (Fakultas Kehutanan) untuk mengembangkan bidai yang bersifat portabel. Bidai didesain dengan sederhana bisa dimasukkan dalam tas sehingga praktis dibawa kemana saja dan memudahkan tenaga medis.
Dionita menyampaikan pengembangan bidai portabel bermula dari keluhan salah satu tenaga medis UGD RS Sardjito yang kerap kali merasa kesulitaan saat memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan yang mengalami patah tulang karena tidak tersedia bidai yang siap digunakan. Walapun ada, namun dengan ukuran yang besar dan berat tidak memungkinkan untuk dibawa setiap saat. “Berawal dari hal itu kami tertantang untuk memberikan solusi dengan memodifikasi bidai dalam bentuk lebih sederhana, bisa dimasukkan dalam tas dan mudah di bawa kemana-mana,”jelasnya, Senin (14/9) di Kampus UGM.
Dibawah bimbingan dr. Rustamaji, M.Kes., mereka berhasil merealisasikan bidai tersebut dalam Program Kreativitas Mahasiswa. Bidai dibuat dari bahan kayu waru dengan lebar 5 cm dan tebal 1 cm. Dikembangkan dalam sembilan variasi panjang sesuai dengan kebutuhan pengguna. “Bidai ini mampu menahan beban hingga 125 kg dan dilengkapi dengan tali perekat dan tas waterproof,”ungkapnya.
Sheptian menambahkan kedepan mereka juga berencana akan memproduksi secara massal bidai portabel tersebut. Dengan harapan hadirnya alat ini dapat mengurangi angka kecacatan permanen korban patah tulang dalam kecelakaan. “Harapannya juga bisa memudahkan pelayanan tenaga medis dalam upaya pemberian pertolongan pertama,”jelasnya.(Humas UGM/Ika)