Sediaan transdermal adalah sediaan farmasi yang digunakan pada permukaan kulit secara noninvasif, tanpa melukai jaringan dan tidak menimbulkan rasa sakit, dengan cara dioleskan, ditempelkan atau disemprotkan sehingga terjadi proses permeasi molekul obat yang menembus lapisan-lapisan kulit menuju sirkulasi darah untuk memberikan efek farmakologi secara sistemis.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi sediaan transdermal yang bertujuan menghantarkan obat dengan efek sistemis, kemudian muncul sediaan krim, gel, patch, dan transdermal spray.
“Walaupun jumlah sediaannya relatif terbatas, namun sediaan transdermal mempunyai pangsa pasar yang signifikan khususnya di negara-negara maju,” papar Prof. Dr. Akhmad Kharis Nugroho, S.Si., M.Si., Apt., dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar Fakultas Farmasi, Selasa (15/9) di Balai Senat UGM.
Pada kesempatan itu Kharis menyampaikan pidato pengukuhannya dengan judul “Aplikasi Komputasi dan Modeling Berbasis Populasi dalam Pengembangan Formulasi Sediaan Transdermal”.
Kharis menjelaskan meskipun sediaan transdermal tidak diproyeksikan menjadi sediaan utama untuk penghantaran sebagian besar obat, namun perannya signifikan dalam penghantaran sebagian obat, karena faktor struktur molekul dan parameter farmakologinya. Salah satu faktor utama peringkat pangsa pasar sediaan transdermal adalah kepraktisan dan kemudahan penggunaan sediaan transdermal dibandingkan dengan penggunaan sediaan-sediaan yang lain.
“Transdermal banyak manfaatnya, seperti praktis, sederhana, dan mudah digunakan oleh pasien, sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dalam terapi,” katanya.
Menurut Kharis salah satu persyaratan untuk mendukung analisis data transdermal yang baik adalah kemampuan piranti lunak untuk menganalisis rangkaian persamaan diferensial (ODE) secara langsung dengan pendekatan numerik sehingga analisis data dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat tanpa memerlukan tahapan integrasi ODE secara terpisah.
Ironisnya, walaupun tersedia piranti lunak yang dapat digunakan secara gratis sekalipun, analisis data studi transdermal, khususnya dengan komputasi modeling masih sangat terbatas.
“Modeling kompartemen ini memberikan banyak keuntungan diantaranya memungkinkan analisis secara matematis mekanis transport serta prediksi kuantitatif kecepatan transport dan kadar obat di dalam darah,” pungkasnya. (Humas UGM/Satria; foto: Budi H)