Dalam rangka menindak lanjuti Pendidikan Perkoperasian, Kopma UGM pada hari Selasa (1/2/2005) menggelar Seminar Nasional bertema “Komitmen Koperasi untuk Pendidikan dan Ekonomi Rakyat”. Acara yang berlangsung di Gedung LAKFIP (Laboratorium Analisis Kimia Fisika) UGM ini, di buka Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Sofian Effendi, MPIA dan dihadiri Kepala Deperindagkop DIY Ir. Syahbenol Hasibuan; dan Ketua Umum Kopma UGM, Syahrul Munir; serta Dr. Noer Sutrisno, Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya Kecil dan Koperasi Menteri Negara Koperasi Menteri Negara Koperasi dan UKM RI yang bertindak sebagai Keynote Speaker.
Beberapa pakar berkumpul dalam seminar ini, diantaranya: Prof. Dr. Mubyarto, Kepala Pusat Studi Ekonomi Pancasila UGM yang mengurai tentang Koperasi dan Pendidikan Ekonomi di Indonesia. Ir. Ibnoe Sudjono, Ketua LSP21membahas Jati Diri Koperasi dalam Praktek. Prof. Dr. Sri Edi Swasono, Penasehat BAPPENAS mengungkap secara mendalam masalah Koperasi dan Ekonomi Rakyat. Sementara itu, Drs. Guritno Kusumo, MA Deputi Bidang Kelembagaan menjelaskan Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Koperasi). Prof. Dr. Toby Muthis, Rektor Universitas Tri Sakti Jakarta mendiskusikan Komitmen Universitas pada Enterpreneurship dan Koperasi. Sedangkan, Drs. Revrisond Baswier MBA, Dosen FE UGM/ Pakar Ekonomi Rakyat memaparkan makalah berjudul Idealita dan Realita Koperasi di Indonesia, serta Ahmad Ma’aruf, S.E., M.M, Dosen FE UMY & Pakar Koperasi yang lebih banyak membicarakan Peran Pemuda/ Mahasiswa pada Demokrasi Ekonomi.
Ir. Ibnoe Soedjono dalam makalah berjudul Jatidiri Koperasi Dalam Praktek mengatakan bahwa jati diri koperasi sebagai watak, sifat dan ciri koperasi mulai disosialisasikan di Indonesia pada tahun 1997 oleh LSP21, bertepatan dengan terjadinya krisis moneter pada waktu itu yang menimbulkan banyak kerusakan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, termasuk sektor koperasi.
Bagi koperasi di Indonesia, menurut Ibnoe Soedjono, krisis jati diri sudah dialami sejak tahun 1980-an yang dipicu oleh krisis ideologi, krisis kepemimpinan, yang menyebabkan adanya krisis kepercayaan yang menyebabkan kerusakan koperasi dan gerakan koperasi, yang diperparah oleh krisis moneter tahun 1997/1998, yang akibatnya belum teratasi sepenuhnya sampai sekarang ini. “Untuk menghentikan kerusakan-kerusakan tersebut dan merehabilitasi kehidupan koperasi, maka LSP21 telah mempelopori gerakan supaya koperasi kembali ke khitahnya, ialah jatidirinya. Kita tidak mungkin membangun koperasi tanpa kembali jatidiri yang merupakan kepribadian koperasi, yang berbeda dari bangun perusahaan atau perkumpulan lain. Koperasi ada karena jati dirinya dan kalau koperasi kehilangan jatidirinya maka koperasi menjadi tidak ada,” ungkap Ir. Ibnoe Soedjono. (Humas UGM)