Siapa tidak kenal dengan madu. Hampir semua orang menyukainya karena rasanya yang manis juga berkhasiat untuk kesehatan. Namun tahukah Anda untuk mendapatkan madu membutuhkan proses pengeringan yang memakan waktu. Pengeringan atau penurunan kadar air dalam madu biasanya memerlukan waktu 5-7 hari. Kondisi tersebut tentunya mempengaruhi kapasitas produksi madu yang dihasilkan oleh pabrik madu terutama skala usaha kecil menengah.
Namun, kini mengeringkan madu tidak lagi memakan banyak waktu. Pasalnya saat ini sejumlah mahasiswa UGM telah mengembangkan alat pengering kadar air dalam madu. Dengan alat yang bernama Honey Bee Dryer ini madu bisa dikeringkan dalam waktu yang lebih singkat.
“Alat ini dirancang untuk dapat mengeringkan kadar air dalam madu yang awalnya 22% menjadi 18% ,sesuai persyaratan dari WHO, dalam 1 hari,” kata Ika Novita Solikhah, anggota pengembang HBD, Rabu (30/9) di Kampus UGM.
Bersama dengan keempat rekannya yaitu Mita Kusumaningrum, Melati Ratnasari, Endah Rosyidiah, dan Sakti Prakarsa Dewa, Ika membuat HBD yang terdiri dari dua sistem utama. Pertama, sistim alat pertama yang berfungsi mengkondisikan udara ruangan agar menjadi udara kering. Sistim alat kedua berungsi untuk menurunkan kadar air dalam madu.
“Dalam satu kali pengeringan alat ini bisa menampung hingga 25 kg madu,”tuturnya.
Dalam proses pengeringan madu, sistim pertama bekerja menyedot udara luar dengan menggunakan blower keong. Setelah itu udara dilewatkan pada tumpukan silica gel sehingga air yang terkandung dalam udara dapat diserap oleh silica gel dan udara menjadi kering dari uap air. Udara kering ini selanjutnya dialirkan ke sistem alat 2 melalui pipa tertutup.
Sementara pada sistim alat kedua madu dituangkan kedalam nampan berukuran 46 x 34 cm2 setebal 1 cm. Dalam sistim ini dilengkapi dengan 12 nampan yang diletakkan kedalam enam tray dimana setiap tray dapat memuat dua nampan.
“Aliran udara yang berasal dari sistem pertama kemudian dilewatkan di atas nampan pada sistem kedua sehingga proses penurunan kadar air dalam madu menjadi lebih cepat. Proses pengukuran kadar air pada madu ini dilakukan dengan menggunakan refraktometer,” tambah Sakti Prakarsa.
Dari hasil percobaan menunjukkan dengan alat tersebut dapat mempersingkat waktu pengeringan yang semula membutuhkan waktu 7 hari menjadi 1 hari saja. Dengan demikian dengan penggunaan alat ini mampu meningkatkan kapasitas produksi hingga 39 persen. Selain itu juga mampu menghemat energi sebesar 66,57 persen dimana pengeringan tanpa HBD memerlukan 17,95 kWh per hari sementara dengan HBD hanya butuh 6 kWh per hari.
“Penanganan alat ini cukup mudah, komponen alat yang diperlukan pun lebih sedikit dan bisa dioperasikan dengan mudah,”pungkasnya. (Humas UGM/Ika)