Para dosen yang memiliki pengalaman serta kompetensi diharapkan dapat menjadi pemimpin ilmu yang bisa terus berkontribusi bagi bidang ilmunya. Inilah tema utama dari kegiatan Young Scientist Forum yang juga menjadi ajang peresmian Masyarakat Praktisi untuk Pengembangan Kepemimpinan Ilmu. Acara ini diselenggarakan atas kerja sama Prodi S2 Manajemen Pendidikan Tinggi UGM Program Doktor Fakultas Kedokteran UGM bersama Pusat Inovasi dan Kebijakan Akademik UGM serta Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM.
Kegiatan yang berlangsung Rabu (2/12) di Auditorium Pascasarjana sebagai salah satu rangkaian acara menyambut Dies Natalis UGM ke-66 ini bertujuan untuk mendorong dosen-dosen agar dapat lebih mengembangkan bidang keilmuannya dan menjadi pemimpin di bidangnya, dan bukan justru menyibukkan diri dalam bidang-bidang administratif. Hal ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Sahid Susanto, Ketua Prodi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi yang menjadi moderator dalam salah satu sesi di seminar ini. Pengembangan ilmu, menurutnya, dapat terhambat jika seorang ilmuwan terjebak oleh keinginan untuk menjadi pejabat.
“Banyak ilmuwan Indonesia yang lulus di luar negeri dengan prestasi yang signifikan, tetapi begitu terlibat di kegiatan administratif, jadi jabatan struktural, hilang di area keilmuannya sendiri,” paparnya. Hal ini, tambahnya, juga terkait dengan status sosial lebih tinggi yang dimiliki oleh seorang pejabat dibandingkan dengan yang dimiliki oleh seorang ilmuwan.
Berkaitan dengan hal tersebut, penanggung jawab Masyarakat Praktisi Pengembangan Kepemimpinan Ilmu, Prof. Dr. Laksono Trisnantoro, MSc. Ph.D juga menyayangkan kemerosotan berbagai perguruan tinggi di Indonesia karena tidak adanya kepemimpinan dalam pengembangan ilmu. Seorang pemimpin keilmuan, menurutnya, dapat digambarkan sebagai para dosen yang mendidik mahasiswa, mengembangkan ilmu pengetahuan secara konsisten, dan menghasilkan karya-karya ilmiah yang meningkatkan kinerja perguruan tinggi.
“Atas dasar pemikiran ini saya mengusulkan adanya Masyarakat Praktisi untuk Pengembangan Keilmuan. Pembentukan Masyarakat Praktisi ini bertujuan jangka panjang untuk meningkatkan kemampuan dosen menjadi pemimpin keilmuan,”jelasnya.
Selanjutnya, Masyarakat Praktisi dapat menjadi suatu forum ilmiah untuk melakukan diskusi-diskusi, mengumpulkan referensi, serta membangun jaringan antar anggota dalam pengembangan diri. Hal ini diharapkan dapat mendorong pengembangan riset di waktu mendatang serta meningkatkan kinerja universitas-universitas di Indonesia. (Humas UGM/Gloria)