Dalam konteks negara, pangan dan energi merupakan bagian dari elemen yang penting untuk berdaulat. Kepedulian UGM untuk terus mendukung kedaulatan pangan dan energi diwujudkan dalam Diskusi Meja Bundar (Rountable Discussion), Sabtu (5/12) di Balai Senat UGM. Diskusi tersebut dilakukan oleh Dewan Guru Besar UGM dengan tujuan untuk bertukar informasi perkembangan pangan dan energi dari posisi kebutuhan dan penyediaan, kebijakan, praktik Iptek, serta mengritisi dan memberi masukan terhadap kebijakan untuk mencapai kedaulatan pangan.
Pada kesempatan itu, Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, mengatakan UGM dengan semangat entrepreneurnya selalu berupaya menerapkan tridarma perguruan tinggi untuk kepentingan masyarakat, industri dan pemerintah. Tidak berbasis penelitian semata, namun penelitian-penelitian yang dilakukan oleh UGM memiliki peran dan tujuan mengarahkan perkembangan dan perencanaan untuk Indonesia lebih baik.
“Diskusi ini tidak sebatas sebagai notulensi, tapi diupayakan agar mewarnai kebijakan-kebijakan. Diskusi ini juga bukti bahwa UGM turut berpartisipasi untuk kemajuan bangsa di bidang pangan dan energi,” kata Dwikorita.
Ia mencontohkan penelitian yang dilakukan UGM dalam penanganan lahan gambut. UGM telah mendiskusikan permasalahan dari lahan gambut yang berpotensi mengakibatkan kebakaran hutan dan baru-baru ini terjadi di Indonesia. Ada enam paket langkah yang digagas UGM untuk restorasi lahan gambut. Salah satunya adalah restorasi pola tanam dan restorasi vegetasi.
“Sama halnya dengan diskusi meja bundar yang dilakukan oleh Dewan Guru Besar kali ini adalah upaya untuk menguatkan produk pangan Indonesia. Langkah-langkah ini dilakukan untuk melakukan ketahanan energi dan pangan,” urainya.
Sementara itu, Ketua Majelis Wali Amanat, Prof. Dr. Sofian Efensi, MPIA., berpandangan bukan sebatas pada kecukupan pangan, tetapi juga kedaulatan pangan. Menurutnya, para ilmuwan harus membantu negara untuk kedaulatan pangan dan energi. Selain itu, persoalan pangan dan energi menyangkut harkat martabat bangsa.
“Indonesia memiliki waktu tiga puluh tahun untuk mewujudkan impiannya sebagai negara ketiga terbesar se-ASEAN, salah satunya dengan membangun kedaulatan pangan dan SDM,” ungkapnya
Sebagai kampus perjuangan UGM sudah memiliki pondasi yang kuat untuk mewujudkan kampus yang berkontribusi untuk negara. Untuk itu, pemikiran-pemikiran yang dihasilkan dalam diskusi meja bundar ini tentu memberikan sumbangan perkembangan Indonesia di dunia pangan dan energi. Menurutnya, Indonesia pada tahun 2013 sempat menjadi negara terbesar di dunia tanam pangan. Potensi ini diharapkan dapat dikembangkan dan dihidupkan kembali melalui kampus kerakyatan ini.
Ketua panitia, Prof. Dr. Ir. Sahid Susanto, mengungkapkan Indonesia sebagai zamrud khatulistiwa, namun belum bisa menyejahterakan rakyat. Untuk itu ia berharap melalui diskusi ilmiah ini para pakar UGM dapat bersama-sama memikirkan ketahanan pangan Indonesia (Humas UGM/Putri;foto: Budi H)