Pagelaran Wayang kulit menutup rangkaian agenda Dies Natalis UGM ke-66. Mengangkat tema Dewi Sri dengan dalang Ki Purbo Asmoro, pagelaran wayang berlangsung hingga pagi. Pagelaran yang diselenggarakan di Balairung itu dihadiri oleh Ketua Dies Natalis UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph. D., Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat., Prof. Dr. Suratman serta Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., serta beberapa jajaran civitas akademika.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., mengucapkan syukur atas terlaksananya rangkaian kegiatan Dies sejak 14 Agustus 2015 hingga 19 Desember 2015. Dengan mengagendakan 66 kegiatan, berbagai acara berhasil terlaksana dengan baik. Menurutnya, ini semua berkat sinergisi seluruh civitas akademika.
“Hal itu sesuai dengan dasar nilai setiap agenda Dies Natalis, yakni gotong-royong dan sinergi. Terbukti, dengan menjunjung nilai gotong royong dan sinergi kegiatan besar dapat terlaksana dengan baik. Pihaknya berharap, nilai ini dapat tersebut berkembang dan digunakan oleh seluruh sivitas akademika untuk membangun Indonesia,” kata Ali Agus.
Tema Dewi Sri yang diangkat memiliki makna filosofis sebagai dewi kesuburan tanah dan pangan. Pesan yang ingin disampaikan bahwa agro merupakan kekuatan daya saing bangsa sehingga pangan dan energi merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membangun Indonesia, “Dewi Sri itu dewi kesuburan tanah. Kita melihat agro merupakan daya saing bangsa. Dengan mengikuti perkembangan pangan dan energi, kita patut untuk menjaga ekosistem bahan pangan dan energi Indonesia,” tuturnya
Sementara itu, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph. D mengatakan tujuan dari pagelaran kulit ini adalah keinginan UGM untuk membaur dengan masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, tetpi juga untuk menguatkan akar budaya bangsa.
“Pagelaran wayang ini adalah ciri kebanggaan UGM untuk menguatkan kebudayaan bangsa. Di samping itu, tema cerita untuk pertunjukan ini adalah Dewi Sri yang menunjukan sebagai dewi pangan dan kehidupan. Semoga nilai-nilai dari cerita ini dapat dipetik untuk kemajuan pangan Indonesia,” harapnya. (Humas UGM/Putri)