Cacar air merupakan penyakit menular yang sering menyerang anak-anak dari berbagai kelompok usia. Bahkan, orang dewasa pun juga dapat terkena serangan penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster ini. Serangan cacar air ini akan menimbulkan bintik-bintik merah berair dan gatal sehingga mengganggu kenyamanan.
dr. Ida Safitri Laksanawati, Sp.A., dosen bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas, Kedokteran UGM, mengatakan cacar air merupakan penyakit yang tidak berbahaya. Kendati begitu, penyakit ini dapat membahayakan individu dengan kekebalan tubuh rendah, anak-anak maupun balita berstatus gizi buruk maupun menderita penyakit lain seperti leukimia dan jantung bawaan. Apabila anak-anak yang menderita penyakit tersebut memiliki daya tahan tubuh tidak bagus maka serangan cacar air ini dapat memperberat penyakit yang diderita.
“Individu dengan kekebalan tubuh yang menurun dapat dengan mudah tertular dan bisa mengalami infeksi yang lebih berat,” jelas Ida saat dihubungi Senin, (28/11).
Serangan penyakit yang juga dikenal dengan sebutan Chickenpox ini biasanya timbul dengan ditandai adanya demam, munculnya bintik-bintik merah berair di kulit dan gatal. Mudah menular melalui kontak langsung maupun udara pernafasan penderita. Apabila seseorang yang sehat dan belum pernah terkena cacar air kontak dengan kulit maupun terpapar percikan bersin atau batuk penderita serta berada dalam satu ruangan dengan penderita, maka akan berisiko terinfeksi virus cacar air.
Ida mengatakan upaya pencegahan untuk mengurangi risiko terkena cacar air dapat dilakukan dengan melakukan vaksin cacar air atau varicella bagi yang belum pernah mendapatkan vaksin. Sementara untuk meminimalkan penularannya, orang yang terkena cacar air diharapkan tetap berada di rumah.
“Anak-anak yang terkena cacar air sebaiknya jangan berangkat sekolah dulu sampai bintik-bintiknya benar kering, menghitam, dan mengelupas agar tidak menular ke lebih banyak anak,” imbaunya.
Apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang terkena cacar air, Ida menyarankan untuk memisahkan penderita dari keluarga lainnya. Terutama dengan anggota keluarga yang belum mendapatkan vaksin ataupun belum terkena cacar air.
“Penderita ditempatkan pada kamar terpisah, misalnya kakaknya kena ya sebaiknya tidurnya dipisah dulu dengan adiknya di kamar yang berbeda,” tutur dokter spesialis anak RSUP Dr. Sardjito ini.
Cacar air ini tidak memerlukan pengobatan khsusus dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun demikian, perlu diperhatikan untuk tetap menjaga bintik merah berair agar tidak pecah karena akan menjadi sumber infeksi dan meninggalkan bekas luka atau bopeng yang sulit hilang. Sementara itu, pengobatan biasanya dilakukan untuk mengurangi rasa gatal dengan pemberian obat maupun krim pengurang rasa gatal.
“Obat antivirus akan diberikan pada pasien cacar air dengan kondisi berat seperti mengalami gizi buruk atau memiliki penyakit berat lainnya. Sedangkan pada anak-anak sehat akan sembuh dengan sendirinya apabila daya tahan tubuhnya membaik ,” urainya.
Karenanya menjaga daya tahan tubuh tetap prima menjadi penting untuk mengurangi risiko tertular cacar air. Hal itu dapat dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan dan asupan makanan sehat serta bergizi. (Humas UGM/Ika)