Kehadiran smartphone dalam kehidupan telah melahirkan budaya baru dalam masyarakat, termasuk bagi perempuan urban. Hadirnya smartphone ini menghadapkan perempuan pada beragam situasi yang mendua.
Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Jendral Soedirman, Mite Setiansah, menyebutkan penggunaan smartphone memberikan peluang pemberdayaan bagi perempuan. Namun begitu, alat komunikasi ini juga berpeluang melanggengkan konstruksi nilai dominan tentang perempuan.
“Smartphone bahkan bisa menjadi alat represi baru bagi perempuan. Namun demikian, menghindari penetrasi smartphone dalam kehidupan sehari-hari saat ini bukanlah hal yang mudah,” jelasnya, Selasa (12/1) saat ujian terbuka program doktor di Sekolah Pascasarjana UGM.
Mempertahankan disertasi berjudul “ Pemaknaan Smartphone oleh Perempuan Urban: Interaksi Gender, Kelas, dan Agama”, Mite menyampaikan smartphone telah mengaburkan batasan ruang publik/domestik, produktif/reproduktif, work/pleasure time yang selama ini seringkali membuat perempuan represi dan subordinasi. Melalui smartphone perempuan tidak lagi bisa berposisi sebagai objek/konsumen, tetapi juga bisa menjadi subjek/produsen.
Menurutnya, perempuan bisa mengkonstruksi identitas dirinya sebagai subjek. Perempuan bisa menyuarakan gagasan dan pikiran yang dalam situasi tertentu tidak selalu didengar di dunia nyata. Disamping itu perempuan bisa memperoleh kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, memperoleh posisi, serta berpartisipasi dalam praktik ekonomi, sosial hingga keagamaan secara leluasa.
“Smartphone telah membuka peluang yang luas bagi perempuan untuk memiliki keberdayaan (agency),” terangnya.
Sementara disisi lain, kehadiran smartphone menimbulkan beban tambahan bagi perempuan dengan sifatnya yang mengaburkan batasan ruang dan waktu. Praktik ekonomi yang dilakukan perempuan melalui smartphone saat ini telah menambah beban perempuan.
“Beban perempuan yang semula dikatakan hanya berkutat dengan sumur, dapur, dan kasur, dalam waktu bersamaan kini juga berurusan dengan order, transfer, dan deliver,” ujarnya. (Humas UGM/Ika)