Bahasa membuka peluang luas untuk berbagai tipe pengulangan. Demikian halnya dalam Al-Qur’an, juga terdapat banyak pengulangan.
Nur Faizin, Dosen Universitas Darul Ulum Lamongan, menyebutkan bentuk pengulangan dalam Al-Qur’an ditemukan dalam semua satuan kebahasaan mulai dari satuan kebahasaan terkecil hingga satuan kebahasaan yang terbesar dalam tataran yang beragam.
“Pengulangan banyak dijumpai dalam kata, ayat, topik, dan juga surat,” katanya, Jum’at (29/1) saat ujian terbuka program doktor Prodi Studi Ilmu Agama dan Lintas Budaya, Sekolah Pascasarjana UGM.
Mempertahankan disertasi berjudul “Bentuk dan Fungsi Pengulangan Dalam Surat Al-Baqarah : Analisis Sistematik dan Stilistik”, Faizin mengatakan pengulangan bukan lagi dipahami secara sempit sebagai pengulangan ayat yang sama seperti dalam kajian mutasyabihat dalam studi Al-Qur’an. Sementara dari analisis terhadap inti bentuk-bentuk pengulangan tersebut dalam struktur atau sistem bahasa, ditemukan pengulangan bersifat sistemik atau berfungsi sistemik.
“Disamping itu juga terdapat pengulangan yang bersifat gaya bahasa atau berfungsi sebagai gaya bahasa,” jelasnya.
Lebih lanjut dipaparkan Faizin, terdapat tujuh fungsi pengulangan sistemik dan 22 fungsi pengulangan stilistik. Fungsi-fungsi stilistik ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, fungsi berdasar pada penggunaan dalam konteks surat Al- Baqarah. Kedua, fungsi berdasarkan posisi dan letak satuan kebahasaan dalam tataran pengulangan.
Menurutnya, stigma bahwa pengulangan merupakan suatu momok adalah hal yang bisa ditepis. Pasalnya, pengulangan bentuk-bentuk itu memiliki fungsi, bahkan menjadi sebuah keharusan.
Sebuah fungsi pengulangan dapat diisi oleh satuan kebahasaan yang bermacam-macam. Misalnya, fungsi penekanan (ta’kid) dapat diisi oleh bentuk kata, frasa, klausa, bahkan kalimat. Demikian pula fungsi sebagai pemberi kepaduan, terwujud dalam ayat, antarayat dalam sebuah topik, dan antara topik dalam sebuah surat yang juga bisa diisi oleh satuan kebahasaan yang beragam. (Humas UGM/Ika)