Pariwisata memiliki peran yang sangat penting. Sektor ini memberi dampak yang tidak sedikit pada perekonomian. Data terakhir Forum Ekonomi Dunia, World Economic Forum tahun 2015, menyatakan pariwisata berdampak terhadap 9,5 persen dari total GDP dunia.
Di Indonesia, sektor ini baru memberi dampak 3,1 persen dari total PDB. DKI Jakarta sebagai ibukota negara, kota bisnis dan pariwisata dipandang memiliki posisi strategis sebagai salah satu contoh destinasi pariwisata nasional. Pertumbuhan wisatawan ke DKI Jakarta hanya 1,2 persen, atau lebih rendah dari pertumbuhan nasional sebesar 2,02 persen serta dunia sebesar 6,51 persen.
Menurut Sadar Pakarti Budi rendahnya sumbangan sektor pariwisata DKI Jakarta disebabkan kualitas daya saing pariwisata DKI kurang mendukung terwujudnya kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu pengembangan satu model yang bertujuan untuk menyediakan produk dan jasa pariwisata yang mampu bersaing secara efektif di pasar pariwisata.
“Sebuah model yang memiliki nilai lebih untuk wisatawan serta bermanfaat bagi kelanjutan komunitas sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan,” tutur Sadar Pakarti di KPTU Fakultas Teknik UGM, Jum’at (29/1) saat ujian terbuka program doktor.
Pada kesempatan itu, Sadar mempertahankan disertasinya berjudul “Model Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan: DKI Jakarta”. Ia menjelaskan agar satu produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen maka kebutuhan konsumen perlu diteliti terlebih dahulu dan hasilnya dijadikan masukan guna menentukan strategi bagaimana produk dapat berdaya saing dan berkelanjutan. Demikian pula di sektor pariwisata. Agar satu kawasan dapat memenuhi kebutuhan wisatawan maka kebutuhan wisatawan perlu diteliti terlebih dahulu dan hasilnya menjadi masukan bagi penelitian sebuah model strategi pengembangan kawasan pariwisata.
Melakukan penelitian di kawasan wisata Ancol, Kota Tua, Kelapa Gading, Monumen Nasional, Pasar Tanah Abang, Senayan City, Kota Casablanka, Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Binatang Ragunan dan Situ Babakan, hasil penelitian Sadar Pakarti menunjukkan daya tarik wisata, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia memengaruhi kualitas pelayanan kawasan pariwisata. Sementara itu, kualitas pelayanan kawasan pariwisata memengaruhi citra kawasan dan citra kawasan tersebut memengaruhi daya saing usaha pariwisata.
“Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan wisatawan ini dijadikan masukan untuk penelitian mengenai pengembangan sebuah model strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan,” imbuh dosen Politeknik Sekolah Tinggi Manajemen Industri, Kementerian Perindustrian RI.
Sadar Pakarti mengatakan salah satu teori sebagai landasan penelitian ini adalah teori keseimbangan permintaan dan penawaran pariwisata, yaitu keseimbangan kelanjutan pengunjung, tempat wisata dan penduduk lokal. Terdapat urutan prioritas dan bobot pengembangan terhadap delapan aspek yang harus diperhatikan, yaitu objek dan daya tarik wisata, akses, sumber daya manusia, regulasi, pemasaran, lingkungan, kelembagaan dan iklim usaha.
Sementara untuk mewujudkan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan, diperlukan 5 strategi sesuai urutan prioritas. Peningkatan kualitas pelayanan prima dengan bobot 57,96 persen, peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan bobot 12,38 persen dan pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan bobot 11,76 persen.
“Sedangkan untuk peningkatan komitmen pemangku kepentingan dengan bobot 9,92 persen dan peningkatan pemasaran 7,98 persen,” kata Sadar didampingi promotor, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D dan ko-promotor, Prof. Ir. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D dan Dr. Ir. Budi Prayitno, M. Eng. (Humas UGM/ Agung)