Karakteristik dan perulangan erupsi Gunung api Gamalama, secara tidak langsung menciptakan stratifikasi batuan yang sekaligus menjadi batuan penyusun akuifer. Oleh karena itu, sistem akuifer Pulau Ternate dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu sistem akuifer dengan aliran melalui rekahan, sistem akuifer dengan aliran melalui ruang antarbutir dan sistem akuifer dengan aliran melalui ruang antarbutir dan rekahan.
Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik, maka batuan penyusun pada sistem akuifer dengan aliran melalui ruang antarbutir memiliki nilai resistivitas batuan yang rendah. Hal ini menandakan sistem akuifer dengan aliran melalui ruang antarbutir tersaturasi air tanah bebas dan memiliki produktivitas yang tinggi dibanding sistem akuifer lain.
“Material penyusun sistem akuifer ini adalah endapan piroklastik dan endapan aluvial dengan tekstur berbutir halus hingga kasar dan kurang padu, sementara tekstur ini tentu memiliki porositas tinggi,” ujar Rahim Achmad, staf pengajar FKIP Universitas Khairun, pada ujian terbuka program doktor di Fakultas Geografi UGM, Sabtu (30/1).
Dalam ujian terbuka dengan disertasi berjudul Kajian Hidrologi Pulau Ternate, Rahim didampingi promotor Dr. M. Pramono Hadi, M.Sc dan ko-promotor Prof. Dr. Ig.L. Setyawan P, M.Si. Dari disertasi tersebut, Rahim salah satunya menyimpulkan sistem akuifer dan pola aliran air tanah bebas pulau vulkanik kecil merupakan suatu sistem hidrologi yang terintegrasi.
Menurut Rahim sistem akuifer Pulau Ternate yang dikontrol oleh rekahan batuan dan ruang antarbutir endapan vulkanik, terhubung erat dengan pola aliran air tanah bebas Pulau Ternate. Ruang di antara celah rekahan batuan beku dan ruang antarbutir endapan vulkanik menjadi wadah dan jalan mengalirnya air tanah.
Sistem aliran air tanah Pulau Ternate yang radial (menyebar) dari puncak gunung hingga ke wilayah pesisir, tentunya telah melewati tiga bagian sistem akuifer. Jalur-jalur aliran air tanah mulai dari puncak hingga keluar sebagai mata air, air tanah dan air danau menciptakan suatu sistem hidrologi pulau vulkanik kecil yang terintegrasi satu sama lain.
“Kesatuan sistem hidrologi suatu pulau vulkanik kecil seperti ini, bisa dijadikan pola untuk beberapa pulau dalam jajaran busur pulau di sebelah barat Pulau Halmahera. Hal ini dimungkinkan mengingat kondisi geologi, iklim, karakteristik curah hujan dan geomorfologi beberapa pulau busur gunung api adalah sama,” tutur Rahim Achmad. (Humas UGM/ Agung)