Menteri Ekonomi Hongaria, Mihaly Varga, mengatakan pemerintah Hongaria akan terus memperkuat hubungan kerja sama dengan Indonesia. Hubungan diplomatik yang sudah terjalin lebih dari 60 tahun akan ditingkatkan dengan memperkuat hubungan dagang yang melibatkan banyak pelaku usaha. “Pemerintah Hongaria memberi perhatian khusus pada Indonesia. Bagi Hongaria, hubungan diplomatik dengan Indonesia sangat potensial dan memberikan manfaat bagi pembangunan ekonomi kedua negara,” kata Mihaly Varga saat memberikan kuliah umum di ruang Balai Senat UGM, Selasa (2/2).
Kuliah umum yang dipandu oleh Rektor UGM serta diikuti oleh civitas akademika UGM ini, Mihaly Varga menyatakan Hongaria selalu memandang Indonesia di masa mendatang memiliki peran dan posisi strategis dalam percaturan politik dan ekonomi global. Apalagi, posisi Indonesia saat ini masuk dalam negara anggota G-20. “Kita terus mengikuti perkembangan sejauh mana hubungan kerja sama internasional yang sudah dibangun Indonesia. Kita ingin mengintegrasikan kerja sama itu dari pengalaman yang sudah dilakukan selama ini,” paparnya.
Kerja sama hubungan dagang antara Indonesia dan Hongaria, menurutnya, dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ia menyebutkan total volume perdagangan kedua negara tahun 2015 lalu mencapai 139 juta dolar Amerika Serikat. “Kita fokus dalam peningkatan hubungan perdagangan. Kerja sama ini terus dipromosikan dengan melibatkan banyak pengusaha,” ujarnya.
Hongaria, kata Varga, mengharapkan kerja sama dengan Indonesia bisa dilakukan di berbagai bidang seperti bidang inovasi teknologi, industri kreatif, teknologi informasi dan komunikasi, farmasi, teknologi pangan, pendidikan dan pelatihan. “Bagaimana bersama membangun industri yang kuat dan kompetitif dalam era global,” paparnya.
Menteri Hongaria ini menceritakan pengalaman Hongaria saat menghadapai krisis ekonomi pada tahun 2008. Krisis yang hampir melanda negara-negara di Uni Eropa ini membuat perekonomian mereka hancur. Mereka harus hutang ke berbagai lembaga, seperti IMF, Uni Eropa dan World Bank. Bahkan, suku bunga perbankan mereka pada saat itu mencapai 73%. Namun, mereka akhirnya bisa bangkit dengan empat unsur utama yang mereka jalankan, yakni pengurangan persentase pajak yang semula 30% menjadi 16% dan pada akhirnya sekarang menjadi 15%. “Kita juga membuka banyak lapangan pekerjaan dan berhasil meningkatkan jumlah keluarga sejahtera,” terangnya
Meski demikian, Hongaria menghadapi persoalan dalam jumlah sumber daya manusia karena banyak warganya yang akan memasuki usia tidak produktif. Karena itu, Hongaria juga sedang menginvestasikan sumber daya mereka pada generasi berikutnya dalam bentuk pengurangan pajak untuk orang dewasa yang akan memasuki masa lanjut usia. Selain itu, Hongaria saat ini fokus dalam hal energi. “Kita sedang mengembangkan teknologi solar karena harga energi dalam suatu negara menentukan kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu, kita mengembangkan sistem untuk mempermudah warga memasuki sektor energi,” katanya.
Rektor UGM, Prof Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., mengatakan pengalaman Hongaria dalam menghadapai krisis ekonomi tahun 2008 bisa menjadi pengalaman bagi mahasiswa. “Lewat kuliah umum ini, kita belajar bagaimana Hongaria bisa menghadapi krisis ekonomi global,” katanya.
Apabila Hongaria mengalami persoalan di bidang energi dan sumber daya manusia, sebaliknya kata Rektor, Indonesia tengah menghadapi persoalan di bidang pangan, energi, dan kesehatan. Oleh karena itu, riset yang dilakukan peneliti UGM tidak hanya untuk keperluan publikasi, namun sebisa mungkin bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, pemerintah dan industri. “Kita ingin hasil riset dan pengabdian kepada masyarakat UGM bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)