Faktor risiko terjadinya kanker prostat selain kadmium (Cd) adalah faktor genetik. Salah satu gen yang diduga berhubungan dengan kejadian kanker prostat adalah gen PSA (Prostate Spesific Antigen) yang terdapat pada kromosom 19.
Sementara itu, merokok dinilai menjadi faktor risiko lain terjadinya kanker prostat. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan beberapa tumor. Meski begitu, hubungan merokok dengan kanker prostat masih menjadi perdebatan.
“Rokok mengandung banyak zat karsiogenik termasuk N-nitroso yang dikenal sebagai karsinogen pada hewan. Rokok juga mengandung Cd sebagai faktor risiko terjadinya kanker prostat,” ujar dr. Nendyah Roestijawati, M.K.K., pada ujian terbuka program doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Rabu (3/2).
Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ini mempertahankan disertasinya berjudul Hubungan Kadar Kadmium Darah Dengan Karsiogenesis Prostat. Pada kesempatan tersebut, promovenda didampingi promotor Prof. Drs. Sugiyanto, SU., Apt., Ph.D dan ko-promotor Dr. dr. Lientje Setyawati Maurits, MS., Sp.Ok.
Nendyah menjelaskan setiap satu batang rokok rata-rata mengandung + 1,5-2,0 µg Cd. Dari jumlah itu, 70 persennya akan dilepaskan kembali ke udara melalui asap yang dihembuskan perokok. Bagi perokok berat dengan satu bungkus sehari tentu memiliki risiko 24 persen hingga 30 persen lebih besar terjadi kematian akibat kanker prostat dibandingkan mereka yang bukan perokok.
Nendyah menilai hubungan merokok dengan kanker prostat dapat dijelaskan secara hormonal. Pria yang memiliki kebiasaan merokok memiliki kadar androsteron dan testoteron lebih tinggi yang dapat meningkatkan terjadinya kanker prostat.
“Demikian juga dengan pekerja las termasuk pekerja yang berisiko terpapar Cd,” papar perempuan kelahiran Purwokerto, 10 November 1970 itu.
Kadar Cd di udara pada lingkungan kerja las ini, menurut Nendyah, bergantung pada logam pengisi untuk las, teknik pengelasan dan kondisi ruang tempat kerja. Sebab, disinyalir kadmium ini terdapat di lingkungan yang berdebu dan fume logam.
Meski begitu, tingginya kadar Cd darah yang berhubungan dengan kadar PSA dan IGF-1 (Insulin Growth Factor-1) dapat dicegah. Selain dengan pengendalian teknik, pencegahan dapat dilakukan dengan pengendalian administratif.
“Proses pengelasan hendaknya dilakukan di ruangan tertutup dengan sistem ventilasi pengeluaran setempat untuk mengurangi kadar fume hasil pengelasan. Sedang upaya lain dengan melakukan pemeriksaan secara rutin kadar Cd,” papar Nendyah. (Humas UGM/ Agung)