Sekolah Vokasi UGM di tahun 2014-2015 mengirim 177 mahasiswa ke luar negeri untuk mengikuti program summer class, pertukaran budaya dan seminar internasional. Selain ke Jepang, para mahasiswa dikirim ke Cina, Korea Selatan, Jerman, India, Australia, Hungaria, Singapura, Malaysia, Thailand, Cyprus, Turki dan lain-lain untuk mengikuti program magang, riset terapan dan kegiatan kompetisi.
Wakil Direktur Bidang Akademik dan Kemahasiswaan SV-UGM, Dr. Wikan Sakarinto., menjelaskan program magang di industri telah berhasil dikembangkan oleh Sekolah Vokasi UGM di Jepang dan Jerman. Beberapa mahasiswa SV UGM magang di industri otomotif Kawasaki, Jepang dan beberapa perusahaan di Jerman selama beberapa bulan.
“Para mahasiswa ini juga melakukan riset terapan selama dua bulan di berbagai politeknik Jepang, di kota Akashi, Kitakyushu, Ariake, dan lain-lain. Ini h upaya untuk menciptakan lulusan yang mampu bersaing di level nasional dan internasional,” kata Wikan di Sekolah Vokasi UGM, Rabu (10/2)
Untuk program summer class yang berlangsung selama satu tahun tersebar di beberapa kota di Korea Selatan. Para mahasiswa SV UGM melakukan studi di Daejeon University, Kangwon National University dan lain-lain. Bahkan, beberapa orang lulusan SV-UGM melanjutkan studi S1 di Kyungnam University, Korea Selatan.
Wikan menyatakan, mereka yang melanjutkan studi S1 dan telah berhasil lulus diharapkan bersedia menjadi dosen/staf pengajar di SV UGM. Sementara untuk pertukaran mahasiswa dengan Cina terus berlanjut hingga kini.
Wikan menambahkan, SV UGM saat ini tengah merancang dan mengembangkan sistem pendidikan terapan berbasis keterampilan dan kompetensi. Dengan komposisi 60 persen praktik, 40 persen teori dan disertai dengan materi softskill yang tinggi, maka diharapkan akan menciptakan kompetensi unggul pada diri mahasiswa.
“Salah satu materi softskil tersebut adalah international leadership dan communication skill. Itu yang diwujudkan dalam berbagai program pengiriman mahasiswa ke luar negeri. Karena itu untuk memenangkan masa depan, lulusan tidak boleh hanya bergantung pada IPK tinggi, namun juga softskill yang excellent,” tambahnya. (Humas UGM/ Agung)