Menurunnya harga minyak dunia hingga 70 persen dari harga semula menyebabkan harga komoditas primer juga ikut turun. Banyak negara merasa tidak diuntungkan dengan turunnya harga minyak. Meski begitu, pemerintah diminta memanfaatkan momentum penurunan harga minyak ini dengan mengalihkan pemanfaatan sumber energi sebagai modal pembangunan.
Hal itu mengemuka dalam Seminar Optimalisasi Alokasi Gas Keperluan Domestik untuk Pengembangan Industri Nasional di University Club, UGM, Kamis (11/2). Seminar yang diselenggarakan dalam rangka perayaan ulang tahun ke-70 Fakultas Teknik UGM ini menghadirkan Ekonom, Hendri Saparini, PhD., Gubernur OPEC untuk RI, Widhyawan Prawiraatmadja, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Dr. Tumiran, dan Anggota DPR RI, Bambang Wuryanto.
Ekonom, Hendri Saparini, PhD., mengatakan pemerintah perlu memanfaatkan momentum turunnya harga minyak dunia. Selama ini, kata Saparini, pemerintah selalu menjadikan sumber energi sebagai komoditas komersial seperti gas yang 40 persennya diekspor untuk menghasilkan devisa. Namun, pemanfaatan gas bumi untuk pengembangan industri hulu belum sepenuhnya dilaksanakan. “Selalu dipandang dari sisi finansial namun dari sisi ekonomi belum. Padahal, pengembangan industri hulu akan memberikan manfaat ekonomi dan mafaat strategis,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Tumiran. Menurutnya, sumber daya energi tidak boleh dijadikan sebagai komoditas komersial. Menjadikan minyak, batu bara, dan gas bumi sebagai komoditas untuk menghasilkan devisa bukanlah keputusan cerdas. “Seharusnya diolah, harus ada proses nilai tambah, knowledge dan skill,” katanya.
Untuk mendukung kebijakan energi nasional dalam memperkuat ketahanan ekonomi, kata Tumiran, sudah ada PP 79 tahun 2014 yang mengamanatkan pemerintah untuk mengendalikan ekspor batubara dan gas. “Jangan sampai menjual sumber daya alam untuk devisa. Tapi diolah memberi nilai tambah dan ekonomi,” paparnya.
Selain itu, Tumiran menyoroti pentingnya penguatan infrastruktur untuk pembangunan energi nasional. Kebijakan pembangunan energi nasional nantinya bisa mendorong kemajuan teknologi, penciptaan lapangan kerja, dan daya saing.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka, Kementerian Perindustrian, Ir. Harjanto, M.Eng., mengatakan kebutuhan industri gas bumi akan terus meningkat. Namun saat ini, neraca pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan industri di dalam negeri masih negatif. Padahal, pasokan gas bumi bisa diarahkan untuk industri petrokimia. “Produk turunan dari gas bumi perlu dikembangkan,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)