Masalah hematologi yang erat dengan kekurangan gizi adalah masalah anemia defisiensi besi (ADEBE). Dalam keseharian bekerja di rumah sakit ADEBE ini sering terlupakan. Waktu lebih banyak tersitas oleh penyakit darah yang banyak berhubungan dengan kelainan genetik yaitu talasemia dan hemofilia.
Pendapat tersebut dikemukakan Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp A (K) saat menyampaikan Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar pada Fakultas Kedokteran UGM dalam Rapat Terbuka Majelis Guru Besar UGM di Balai Senat UGM, 23 Juni 2005.
“Peran hematologi pada penyakit infeksi dalam pekerjaan rutin harian adalah bantuan untuk menegakkan diagnosis penyakit infeksi melalui pemeriksaan darah tepi. Salah satu penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan nasional adalah demam berdarah dengue (DBD),” ungkap Dosen Ilmu Kesehatan Anak, FK-UGM ini.
Dalam pidato berjudul “Peran Hematologi-Onkologi Anak Dalam Meningkatkan Kecerdasan Dan Kesehatan Bangsa”, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Yogyakarta ini mengatakan bahwa, kanker paling banyak pada anak adalah leukimia. “Leukimia khususnya jenis leukimia akut limfoblastik ternyata sebagian besar dapat disembuhkan. Hal itu memberi keyakinan selanjutnya kepada para ahli onkologi anak saat ini bahwa tidak hanya leukimia akut limfoblastik yang dapat disembuhkan tetapi kanker anak lainpun dapat disembuhkan,” ujar pria kelahiran Sleman, 06 Maret 1949 ini.
Lebih lanjut Dosen Program S2 Kedokteran Tropis FK-UGM ini menuturkan, peran hematologi menjadi sangat strategis untuk membina kecerdasan bangsa mendatang. ADEBE adalah bencana nasional yang tidak terasa. Penanggulangan ADEBE diperlukan sejak ibu hamil. Meskipun ibu anemi, sifat alamiah sang ibu tetap akan memberikan zat besinya pada janin terkasih dikandungannya. Sesudah lahir, bayi diwajibkan mendapat air susu ibu karena didalamnya terkandung zat besi yang bioavailabilitasnya sangat bagus.
Kepala Sub. Bagian Hematologi- Onkologi, Bagian IKA/FK UGM/ RS. Dr. Sardjito juga menambahkan, zat besi dalam tubuh dicukupi dari makanan yang setiap hari di makan. Besi dalam makanan terdiri atas besi heme dan non heme. Di usus dua belas jari, tempat besi diserap, besi heme (misalnya pada hati dan daging) sangat mudah diserap, sebaliknya besi non heme (misalnya pada sayuran) sukar diserap. “Karena terlalu sedikit kandungan zat besi yang dapat diserap maka untuk kecukupan zat besi dari bayam diperlukan makan 3-5 kg bayam perhari,” tutur Sekretariat Jenderal Jaringan Biotika dan Humaniora Kesehatan Indonesia ini.
Oleh karena itu, ada beberapa catatan penting yang disampaikan penerima penghargaan Dokter Teladan RSUP Dr. Sardjito 1998 ini, antara lain yaitu: (i) dalam bidang hematologi dan onkologi anak, program kita sudah benar. Pendidikan ahli hamatologi dan onkologi anak segera dikerjakan untuk mengejar keterbatasan jumlah ahli; (ii) lebih dipercepat program penanggulangan ADEBE secara nasional dengan sosialisasi dan suplemen zat besi; (iii) mulailah riset sel stem. Ini bioteknologi kesehatan masa depan untuk reparasi organ rusak dan rekayasa genetik; (iv) mulailah riset sel dendritik atau sejenisnya. Bidang ini akan menguak tabir patogenesis banyak penyakit, dasar pembuatan kit diagnostik dan vaksin; (v) mulailah mendirikan satu saja pusat cangkok stem sel di Indonesia. Ini akan banyak menolong pasien dengan kanker atau kelainan genetik. (Humas UGM)