Krisis keuangan yang terjadi pada 2007 lalu mengakibatkan banyak perusahaan yang mengalami kerugian. Tidak sedikit perusahaan yang melaporkan adanya penurunan nilai pasar aset perusahaan mereka. Penilaian aset perusahaan berdasarkan nilai pasar dapat terkena dampak langsung dari likuiditas harga pasar yang lambat. Hal tersebut menyebabkan adanya rasa sekptis investor untuk melakukan investasi.
Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Lampung, Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., CA., Akt., mengatakan penerapan standar pelaporan keuangan internasional (IFRS) terbukti dapat memoderasi peran dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba akrual dan riil. Dari hasil penelitian yang dilakukannya pada sejumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Jerman, Denmark, Prancis, Belanda, dan Jepang menunjukkan adanya tren peningkatan manajemen laba riil pada pada 2002-2013.
“Kemungkinan hal ini terjadi karena manajemen laba riil lebih sulit dideteksi daripada manajemen laba akrual,” jelasnya, Selasa (23/2) saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM.
Mempertahankan disertasi berjudul “ Analisis Penerapan International Financial Reporting Standars (IFRS) Sebagai Variabel Pemoderasi Hubungan Coorporate Governance dan Kualitas Auditor Dengan Manajemen Laba”, Agrianti melihat kondisi ini, regulator baik dari negara penerap IFR maupun yang belum menerapkan IFRS, diharapkan dapat meregulasi peran dewan komisaris dan komite audit. Hal ini ditujukan agar mereka lebih sensitif terhadap perilaku manajemen laba riil.
Kualitas auditor, kata dia, telah dilindungi oleh berbagai regulasi baik oleh lembaga profesi auditor ataupun lembaga standar akuntansi internasional. Dengan demikian, kompetensi auditor menjadi penting karena adanya faktor risiko yang lebih tinggi daripada penerapan IFRS pada negara yang memiliki tren manajemen laba riil yang semakin meningkat. (Humas UGM/Ika)