Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DIY menjalin kerja sama triple helix dengan Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Daerah Provinsi DIY. Inisiasi kerja sama terpadu ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara ketiga pihak yang dilakukan oleh Ketua Umum KADIN DIY, GKR Pembayun, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, serta Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dalam Rapat Pimpinan Daerah KADIN DIY, Selasa (1/3) di Hotel Jogjakarta Plaza.
“Kerja sama ini dimaksudkan untuk mempercepat pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini juga seturut dengan perkembangan DIY sebagai poros pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar GKR Pembayun dalam sambutannya.
Sementara itu Gubernur DIY yang juga pernah menjabat sebagai Ketua KADIN DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, memaparkan relevansi kerja sama triple helix sebagai sebuah sinergi kekuatan antara akademisi, bisnis, dan pemerintah untuk menciptakan diversifikasi usaha serta memunculkan lapangan kerja baru. “Akademisi dengan sumber daya pengetahuan dan teknologi yang dimiliki mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang aplikatif, dan pelaku bisnis dapat memberi kemanfaatan bagi masyarakat. Pemerintah berfungsi untuk menjaga stabilitas hubungan antara kedua pihak melalui kebijakan-kebijakan yang dihasilkan,” jelasnya saat menyampaikan keynote speech.
Bentuk kerja sama triple helix, menurutnya, merupakan bentuk kerja sama yang lebih solid dan terpadu, dibandingkan dengan kerja sama parsial antara KADIN-UGM serta KADIN-Pemda yang ditandatangani pada tahun 1987 silam.
Ia pun memaparkan manfaat bersama yang timbul dari kerja sama ini, yaitu penerapan hasil-hasil riset untuk pendirian bisnis baru, pengembangan ekspor dan kerja sama luar negeri, keterkaitan antarsektor dan antarskala usaha, serta pengembangan investasi dan penanaman modal. Sementara itu, manfaat lainnya adalah diversifikasi usaha-usaha baru yang berbasis teknologi dan seni untuk mendukung terbangunnya Jogjakarta sebagai pusat industri kreatif. Kondisi ini nantinya akan berdampak pada pengembangan kegiatan bisnis di sektor-sektor lain serta meningkatnya daya saing daerah di kancah perdagangan global.
Bagi UGM, ia pun berharap kerja sama ini dapat mendorong minat riset yang aplikatif dalam bidang bisnis atau teknologi terapan, agar kepakaran yang dimiliki dapat dimanfaatkan bagi pengembangan daerah. “Saya harap akademisi dari UGM dapat mengubah inovasi ide menjadi inovasi produk. Hal ini semakin mengukuhkan UGM sebagai universitas kerakyatan dan universitas perjuangan,” tambahnya. (Humas UGM/Gloria)