Tim UGM berhasil menjuarai kompetisi tingkat nasional “Chemical Product Design Competition 2016” pada 2-5 Maret lalu di Universitas Indonesia. Tim UGM berhasil menyisihkan puluhan tim dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia setelah mengajukan produk obat sariawan dengan edible film sebagai drug deliveyy mediumnya.
Tim UGM ini beranggotakan lima mahasiswa dari Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik. Mereka adalah Arum Nur Hidayah, Bill Rich, Dyah Ayu Permatasari Tedjo Pradipto, Meutia Ermina Toif, dan Nico Pratama Yulianto Putra dan dibimbing oleh Sang Kompiang Wirawan, PhD yang juga dosen Departemen Teknik Kimia.
Ketua tim UGM, Meutia, mengatakan obat sariawan yang mereka kembangkan menggunakan bahan edible film sebagai sarana pengantar obatnya. Bahan ini bisa juga dipakai sebagai pembungkus permen yang aman untuk dikonsumsi.
Dalam pembuatan obat sariawan yang dinamai Cinnamed ini mereka menggunakan limbah kulit jeruk Bali untuk diproses menjadi pektin. Setelah itu, pektin tersebut diolah menjadi film yang selanjutnya diberikan tambahan senyawa sinnamaldehid.
“Senyawa sinnamaldehid dari ektrak kayu manis ini diketahui bisa digunakan untuk mengobati sariawan,” katanya, Kamis (10/3) di Fakultas Teknik UGM.
Selanjutnya, setelah proses loading senyawa sinnamaldehid kedalam edible film selesai dilakukan, mereka melakukan uji spektrofotometri. Uji tersebut dilakukan untuk mengetahui berapa banyak senyawa sinnamaldehid yang bisa masuk dan bisa keluar dari Edible film.
“Dari uji yang kami lakukan diketahui dalam 1 lembar produk Cinnamed mengandung sinnamaldehid sebesar 180 miligram,” imbuh Nico Pratama.
Nico Pratama menjelaskan dalam satu kemasan Cinnamed yang mereka buat berisikan 10 lembar edible film berukuran masing masing 1,5 x 1,5 cm. Masih dibuat dalam satu varian rasa yaitu rasa jeruk. Untuk saat ini Cinnamed memang belum dilempar ke pasaran. Namun kedepan ia dan kawan-kawan berencana akan memproduksi Cinammed dalam skala besar sehingga dapat digunakan oleh masyarakat luas. Prosesnya masih panjang karena produk ini harus melalui serangkaian uji dibidang kesehatan dan tentu ijin edar. Rencananya, mereka akan memasarkannya dengan harga yang sangat terjangkau dan kompetitif.
“Kedepan masih diperlukan berbagai penelitian lanjutan dan dilakukan uji pra klinis maupun klinis,” terangnya.
Dyah Ayu menambahkan produk yang mereka kembangkan ini memberikan alternatif untuk pengobatan sariawan. Cinammed ini tidak memberikan rasa sakit saat penggunaannya, cukup sederhana yaitu hanya dengan menempelkan di bagian yang terkena sariawan.
“Saat digunakan selain tidak menimbulkan rasa sakit juga memberikan sensasi segar dengan tambahan rasa jeruk didalamnya,” ujarnya. Lebih lanjut teknologi dan proses pembuatan edible film ini akan diajukan perlindungan paten (Humas UGM/Ika)