Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dan peneliti UGM, Dr. Teuku Faisal Fathani, mengikuti International Consortium on Landslides (ICL) di Kyoto University, 9-11 Maret 2016. Pada kesempatan tersebut mereka mempresentasikan karya dan terobosan dalam upaya pengurangan risiko bencana longsor. Prof. Dwikorita Karnawati dan Dr. Teuku Faisal Fathani mengangkat topik tentang upaya UGM bersama Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam mengajukan proposal ISO tentang Sistem Peringatan Dini Bencana Gerakan Tanah.
“Sejak 2007, UGM telah mengaplikasikan konsep ini di 40 kabupaten/kota, 20 propinsi di Indonesia serta Myanmar,” urai Dwikorita, Kamis (10/3).
Menurut Rektor dalam menerapkan konsep tersebut UGM bekerja sama dengan Pemerintah Pusat (BNPB, Kemendesa) dan Daerah (BPBD). Di samping itu, sistem peringatan dini gerakan tanah ini juga telah diterapkan di lokasi kerja PT. Pertamina Geothermal Energy, PT. Medco Internasional, PT. Arutmin, PT. Inco Sorowako dan di PT. Freeport Indonesia. Penerapan sistem peringatan dini, kata Dwikorita, sejalan dengan Kerangka Aksi Sendai 2015-2030 dengan 4 prioritas dalam pengurangan risiko bencana.
“Empat hal itu adalah pengetahuan tentang risiko, pemantauan peringatan, komunikasi dan respons,” imbuhnya.
Dwikorita menambahkan UGM bersama BSN dan BNPB merumuskan tujuh subsistem utama khusus untuk peringatan dini bencana gerakan tanah. Tujuh subsistem tersebut, yaitu penilaian risiko, sosialisasi, pembentukan tim siaga bencana, pembuatan panduan operasional evakuasi, penyusunan prosedur tetap, pemantauan, peringatan dini dan geladi evakuasi dan membangun komitmen otoritas lokal dan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan keseluruhan sistem peringatan dini gerakan tanah.
Proposal dari UGM-BSN-BNPB ini mendapat tanggapan positif dari para anggota ICL. Sebagai lembaga internasional di bawah UN-ISDR UNESCO, ICL memberikan komitmen untuk mengawal proses pengajuan ISO Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah yang akan menjalani proses di lembaga ISO selama 36 bulan ke depan.
Seperti diketahui, International Consortium on Landslides (ICL) berdiri pada tahun 2001 dan saat ini memiliki 80 anggota dari 50 negara. ICL merupakan salah satu program strategis dari United Nation International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) UNESCO khususnya dalam pengurangan risiko bencana longsor. Sejak tahun 2011, UNESCO menetapkan Pusat Unggulan Dunia dalam Pengurangan Risiko Bencana Longsor (World Center of Excellence on Landslide Disaster Reduction) dan UGM telah 2 kali terpilih pada tahun 2011-2014 dan 2014-2017 (Humas UGM/Satria; foto: istimewa)