Universitas Gadjah Mada menjadi tuan rumah dari Indonesia-Sweden Excellence Seminar yang mempertemukan sekitar 100 peneliti dari Indonesia dan Swedia, Selasa (15/3) di Balai Senat UGM. Seminar ini diadakan atas kerja sama antara UGM, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Swedish Academic Collaboration Forum (SACF), serta Kedutaan Besar Swedia di Jakarta. Kegiatan bertujuan untuk memperkuat kerja sama yang telah terjalin di antara kedua negara serta mempromosikan kolaborasi baru di area-area strategis terkait riset dan pendidikan tinggi.
“Kegiatan ini adalah follow up dari letter of intent kerja sama antara Indonesia dan Swedia dalam bidang riset dan pendidikan tinggi. Saya harap letter of intent ini dapat menjadi platform bagi Indonesia dan Swedia untuk membangun kolaborasi dan program-program inovatif di waktu mendatang,” ujar Direktur Jenderal Pembelajaran dan Mahasiswa Kemristekdikti, Prof. Intan Ahmad.
Dalam sambutannya ia memaparkan beberapa poin penting yang terkandung dalam letter of intent yang dimaksud, diantaranya terkait upaya untuk mempromosikan kerja sama dan pertukaran informasi, membagikan pengalaman dalam riset ilmiah, serta inovasi dalam area-area yang menjadi ketertarikan bersama.
Bersama Brazil, China, Singapura, dan Korea Selatan, Indonesia menjadi salah satu negara mitra bagi keenam universitas yang tergabung dalam SACF, yaitu Chalmers University of Technology, KTH Royal Institute of Technology, Linköping University, Lund University, Stockholm University, dan Uppsala University, karena dianggap memiliki visi yang sama dalam mendorong kolaborasi internasional di bidang riset dan pendidikan tinggi.
“Kedatangan 60 peneliti dari Swedia ke Indonesia untuk pertama kalinya ini menunjukkan pertumbuhan dalam kerja sama dan koneksi yang terjalin antara Indonesia dan Swedia. Meski sebelumnya kedua negara telah memiliki hubungan yang produktif dalam beberapa tahun terakhir, namun tahun 2016 dalam banyak hal menandai dimulainya era baru kerja sama kedua negara,” jelas wakil Duta Besar Swedia, Eddy Fonyodi.
Seminar ini menyoroti 6 topik utama yang relevan bagi Indonesia dan Swedia, yaitu pembangunan maritim dan teknologi kemaritiman, perencanaan kota, manajemen bencana dan ketahanan lokal, energi terbarukan, masyarakat sipil, serta manajemen universitas. Topik-topik ini, menurut rektor UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, juga menjadi fokus UGM dalam pengembangan program riset dan pengabdian masyarakat.
“Kami berkeinginan untuk menerapkan prinsip social entrepreneur, yaitu pendidikan dan riset tidak hanya berakhir di tesis dan disertasi, tetapi juga dapat menjadi pendorong pembangunan ekonomi bangsa. Dan saya yakin, universitas di Swedia dan universitas-universitas unggul di Indonesia dapat bersinergi untuk bersama-sama mencapai visi tersebut,” ujarnya.
Selain peneliti dari UGM, dalam seminar ini turut hadir para peneliti dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, serta Universitas Diponegoro. Sebagai bagian dari seminar, di hari yang sama juga diadakan pameran pendidikan “Study in Sweden” untuk memperkenalkan program-program yang tersedia di perguruan tinggi di Swedia, serta mendorong mahasiswa untuk menjadikan Swedia sebagai negara tujuan mereka untuk melanjutkan studi. (Humas UGM/Gloria)