Mahasiswi Fakultas Pertanian UGM, Anjela Putri Ratnaningrum, menghadiri konferensi regional yang dilaksankan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia, Food and Agricultural Organization (FAO), di Putrajaya, Malaysia, 7-11 Maret 2016 lalu. Pertemuan dua tahunan negara-negara anggota FAO ini diikuti perwakilan dari 44 negara, observer dari 1 negara anggota FAO, 8 lembaga internasional nonpemerintahan, dan 34 organisasi lintas pemerintahan.
Anjela mengaku awalnya tidak menyangka dapat terpilih sebagai delegasi bersama satu orang rekannya, Anggita Kharisma dari Universitas Padjajaran. Mereka berdua mengikuti seleksi yang dilakukan oleh asosiasi mahasiswa pertanian tingkat internasional, International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) “Kami berdua mengikuti seleksi ketat dari IAAS,” kata Anjela saat berbincang dengan wartawan, Jumat (18/3).
Proses seleksi dilakukan dengan mengumpulkan biodata pribadi, motivation letter, dan surat rekomendasi untuk anggota IAAS Asia Pacific. Setelah terpilih mereka ditetapkan sebagai observer (peninjau) dalam konferensi regional tersebut mewakilli kelompok pemuda. “Kami di pertemuan itu mewakili suara pemuda, “ papar Anjela.
Mahasiwa Pertanian UGM angkatan 2013 ini menceritakan bahwa dalam konferensi yang dihadiri Deputi Perdana Menteri Malaysia, HE Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi dan Direktur Jenderal FAO, Dr. José Graziano da Silva, para peserta delegasi awalnya setengah tidak mengira bahwa mereka berdua sebagai delegasi masih berstatus mahasiswa. “Delegasi lain tidak percaya bahwa kami sebagai mahasiswa dapat terlibat dalam kegiatan ini karena dianggap masih terlalu muda. Apalagi, di pertemuan ini tidak terlihat ada mahasiswa lain kecuali kami dari Indonesia,” terangnya.
Namun, setelah dijelaskan bahwa mereka mewakili organisasi mahasiswa pertanian internasional para delegasi pun akhirnya baru percaya. Anjela mengatakan konferensi kali ini membahas mengenai kebijakan dan peraturan di bidang pangan dan pertanian di kawasan Asia-Pasifik maupun dunia, langkah-langkah untuk mengurangi kelaparan dan pengentasan kemiskinan, peningkatan gizi di negara-negara Asia-Pasifik, revitalisasi ekonomi pedesaan, dan pertumbuhan baru dalam rangka pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030. Pada hari terakhir, diadakan sesi round-table untuk diskusi khusus mengenai peran serta pemuda dalam masa depan pertanian. Beberapa pendapat yang mengemuka dalam diskusi tersebut antara lain saat ini para pemuda kurang tertarik untuk berkecimpung bahkan melirik jurusan di pertanian, padahal sektor tersebut merupakan salah satu sumber pendapatan yang besar bagi negara. “Kami berharap bahwa pemuda terutama mahasiswa pertanian sendiri semakin aware dan berkontribusi lebih dalam memajukan sektor pertanian,“ kata Anjela. (Humas UGM/Gusti Grehenson)