Memiliki anak yang terlahir dengan down syndrome bukanlah hal yang mudah. Tidak sedikit orang tua merasa kecewa, malu, bahkan tidak mau mengakui keberadaan anaknya yang berbeda dengan kebanyakan anak normal lainnya.
Psikolog anak berkebutuhan khusus UGM, Dra. Aisah Indati, M.S., mengatakan orang tua yang memiliki anak dengan down syndrom diharapkan dapat menerima keadaan anaknya tersebut. Penerimaan dan keikhlasan para orang tua dapat mendukung tumbuh kembang anak dengan baik.
“Kuncinya orang tua bisa menerima kondisi anak dengan kebutuhan khusus yang mengalami down syndrome,”terangnya, Senin (21/3) bertepatan dengan peringatan Hari Down Syndrom Sedunia.
Adanya penolakan terhadap anak justru akan menghambat tumbuh kembang mereka. Hal ini dikarenakan anak tidak mendapatkan perhatian dan perlakuan yang baik dan maksimal dari orang tua.
“Padahal anak-anak ini memerlukan perhatian lebih dari orang tuanya,” tegasnya.
Aisah menyampaikan orang tua dengan anak down syndrome diharapkan dapat mengetahui dengan baik kondisi dari buah hati mereka. Dengan begitu perlakukan yang diberikan pada anak bisa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak saat itu.
“Ketahui karakternya seperti apa lalu dididik untuk bisa mandiri dengan memberikan stimulus sesuai dengan kemampuan anak,” jelasnya.
Apabila mengetahui anak menderita down syndrom, Aisah mengimbau para orang tua untuk melakukan konsultasi ke psikolog maupun dokter. Selain untuk melihat bakat dan minat anak juga untuk mengetahui usia mental anak. Dengan demikian, orang tua bisa mendampingi anaknya dengan perlakuan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
“Bisa jadi usianya 11 tahun, tetapi usia mentalnya baru 4 tahun,”jelasnya.
Aisah menekankan pada para orang tua dengan anak down syndrom untuk terus mendukung putera-putrinya yang terlahir dalam kondisi istimewa. Orang tua diharapkan jangan terlalu fokus pada kekurangan anak.
“ Terus gali minat dan bakat anak-anak istimewa ini. Dampingi mereka dengan penuh karena masih ada sisi lain yang bisa dikembangkan dan dibanggakan,” tegas Aisah.
Bisa Dideteksi
Sementara Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit UGM, dr. Widya Dwi Astuti, Sp.OG., menyebutkan janin dengan down syndrome dapat dideteksi sejak dini melalui pemeriksaan di masa awal kehamilan. Adanya indikasi down syndrome ini dapat dilihat lewat pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
“Kehamilan dengan janin down syndrome tidak menunjukkan gejala khusus pada ibu hamil, tapi bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan USG,” terangnya saat dihubungi secara terpisah.
Down Syndrome muncul bukan karena faktor keturunan. Namun, kelainan ini disebabkan oleh hadirnya kromosom 21 rangkap tiga atau disebut dengan trisomi 21. Dengan kata lain, down syndrome ini dikarenakan kelainan pada kromosom nomor 21.
Widya menjelaskan pemeriksaan USG tahap awal dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kelainan pada janin. Seperti penebalan tulang tengkuk pada usia kehamilan 11-14 minggu. Apabila penebalan area tersebut melebihi 3 mm maka janin dicurigai down syndrome.
Jika hasil USG menunjukkan janin terkena down syndrome, Widya mengatakan perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan melalui tes darah. Pemeriksaan darah tersebut untuk karyotyping guna memastikan kromosom janin positif trisomi 21 atau tidak. Berikutnya, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan pada trisemester kedua melalui USG lanjutan untuk melihat apakah terdapat kelainan organ janin.
“Jika kelainan yang terjadi cukup berat sehingga menyebabkan bayi tidak mampu bertahan hidup setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan pengakhiran kehamilan atau terminasi,” paparnya.
Janin dengan kelainan kromosom ini, dikatakan Widya, biasanya juga akan mengalami kelainan pada organ-organ lainnya. Beberapa diantaranya mengalami kelainan pada jantung, kanencephali atau tidak memiliki tempurung kepala, kelainan ginjal, kelainan perkembangan organ gastrointestinal, serta bibir sumbing.
Menurutnya, risiko kejadian down syndrome dapat diminimalkan yakni dengan hamil di usia reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Apabila kehamilan di luar usia reproduksi sehat, maka kemungkinan janin mengalami down syndrome akan semakin tinggi. Namun begitu, risiko pada usia kehamilan sehat juga tetap ada, akan tetapi dengan kemungkinan lebih kecil.
Selain menjalani kehamilan pada usia reproduksi sehat, Widya mengimbau masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat. Dengan menerapkan gaya hidup sehat bisa menekan risiko kejadian down syndrome. (Humas UGM/Ika)