Operasi Timpanomastoidektomi pada pasien Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) hingga kini masih jarang dilakukan di Yogyakarta. Padahal, pasien OMSK di Indonesia cukup banyak, termasuk DIY. Penyakit OMSK merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di negara berkembang.
“Penyakit OMSK merupakan penyakit orang awam yang juga disebut radang telinga tengah menahun atau bahasa Jawanya kopokan. Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada 7 juta lebih orang yang mengalaminya atau sebesar 3,1% dari total penduduk Indonesia. Meski tampak sepele, penyakit ini tidak bisa dianggap remeh karena bisa mengakibatkan ketulian, mulai dari ringan sampai sangat berat,” ujar Dokter RSK THT Proklamasi Jakarta, dr. Soekirman Soekin, Sp.THT-KL(K), hari Sabtu (19/3).
Ditemui di sela Continuing Professional Development Timpanomastoidektomi di RS UGM, Soekirman menuturkan ketulian sangat berat akibat OMSK biasanya terjadi jika organ dalam telinga telah mengalami kerusakan, misalnya hilangnya gendang telinga, rumah siput (koklea) atau hilangnya tulang pendengaran akibat infeksi. OMSK terjadi akibat infeksi jalan napas bagian atas, yakni hidung dan tenggorokan yang kemudian menjalar ke telinga.
“Penyakit ini bisa diderita siapapun. Namun, pada anak-anak risikonya lebih tinggi. Ini dikarenakan saluran pernapasan atas mereka relatif rata dan lebar. Karena itu, penyakit ini tidak boleh dibiarkan. Terlebih 2 – 3 persen penderitanya diketahui mengalami ketulian parah,” tegasnya.
Penanganan penyakit OMSK hanya bisa dilakukan melalui operasi Timpanomastoidektomi. Operasi tersebut dilakukan guna merekonstruksi bagian telinga tengah dan dilakukan eradikasi. Dengan begitu, penyakit dapat dihilangkan dan sistem pendengaran kembali normal.
“Operasi Timpanomastoidektomi termasuk operasi dengan klasifikasi khusus. Namun demikian, tingkat kesembuhannya cukup tinggi yakni 97%,” imbuhnya.
Direktur Umum RS UGM, Prof. dr. Arif Faisal., Sp.Rad(K)., DHSM., menambahkan dalam sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat sekaligus mensosialisasikan penyakit OMSK yang harus diwaspadai, RS UGM menggelar operasi Timpanomastoidektomi gratis bagi 6 pasien OMSK. Operasi Timpanomastoidektomi ini diharapkan nantinya dapat dilakukan secara rutin.
“Operasi kali ini memang yang pertama dilakukan RS UGM. Ini kami lakukan karena kami ingin memiliki keunggulan tersendiri dalam bidang THT. Timpanomastoidektomi menjadi pilihan kami karena di DIY saja masih sangat jarang dilakukan,” jelasnya.
Untuk mewujudkan keunggulan tersebut, RS UGM kini tengah meningkatkan kompetensi para dokter THT-nya untuk bidang Timpanomastoidektomi. Untuk dokter spesialis Timpanomastoidektomi tersebut RS UGM sudah memiliki 2 dokter. “Peralatan pun masih terus kami usahakan untuk dilengkapi. Karena bidang ini termasuk bidang khusus karena kemampuan dokternya dan peralatannya pun khusus,” ungkapnya. (Humas UGM/ Agung)